1. Definisi Dehidrasi1,2,4,7
Dehidrasi adalah suatu kondisi yang terjadi akibat hilangnya cairan tubuh yang berlebihan. Pada kondisi ini, cairan yang keluar dari tubuh lebih banyak dibandingkan dengan cairan yang masuk. Dengan kata lain, terjadi keseimbangan negatif cairan tubuh yang biasanya dapat dinilai dari persentase berat badan yang berkurang. Berkurangnya berat badan sebanyak <5% dikategorikan sebagai dehidrasi ringan, 5-10% sebagai dehidrasi sedang, dan >10% sebagai dehidrasi berat.
Dehidrasi juga dikategorikan menjadi tiga tipe berdasarkan konsentrasi natrium dalam serum, yaitu isotonik (Na 130-150 mmol/L), hipotonik (Na <130mmol/L), dan hipertonik (Na >150 mmol/L).
2. Gejala Dehidrasi1,2,3,4,6
Gejala dehidrasi umumnya baru disadari setelah seseorang kehilangan volume cairan tubuhnya sebanyak 2%. Pada awalnya gejala yang dirasakan berupa rasa haus dan tidak nyaman, mungkin berhubungan dengan kehilangan nafsu makan dan kulit yang kering. Hal ini dapat dilanjutkan dengan terjadinya konstipasi, berkurangnya daya tahan tubuh, meningkatnya denyut jantung dan suhu tubuh, serta perasaan cepat lelah.
Gejala dehidrasi ringan antara lain haus, berkurangnya volume urin, urin berwarna gelap, kelelahan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya, iritabilitas, air mata tidak keluar saat menangis (pada anak), sakit kepala, mulut kering, kulit yang kering akibat turgor yang berkurang, pusing saat berdiri akibat terjadinya hipotensi ortostatik, dan pada beberapa kasus dapat menyebabkan insomnia. Pada pemeriksaan darah dapat dijumpai hiperalbuminemia.
Pada dehidrasi sedang-berat, urin mungkin saja tidak keluar lagi. Selain itu dapat dijumpai gejala berupa letargi, kejang, ubun-ubun cekung (pada bayi), serta mata yang cekung. Pada dehidrasi sedang, dengan kehilangan cairan sekitar 5-6%, dapat dirasakan gejala berupa kebas pada tungkai (paresthesia). Dengan kehilangan cairan yang lebih besar (10-15%), otot bisa menjadi spastik, kulit berkerut akibat turgor dan elastisitasnya yang berkurang, pandangan kabur, denyut nadi lemah dan cepat, respirasi meningkat, serta tekanan darah yang rendah.
Pada dehidrasi berat, efeknya akan lebih parah. Dapat terjadi tanda-tanda syok hipovolemik berupa penurunan kesadaran, berkurangnya produksi urin, ekstremitas dingin dan lembab, nadi yang cepat dan lemah, denyut jantung dan respirasi akan meningkat untuk mengkompensasi berkurangnya volume plasma dan tekanan darah, sedangkan suhu tubuh dapat meningkat akibat berkurangnya keringat yang keluar, tekanan darah rendah atau bahkan tidak terukur, serta sianosis periferal. Kematian dapat terjadi jika dehidrasi tidak segera ditangani.
3. Faktor Penyebab Dehidrasi1,2,4,7
Dehidrasi terjadi akibat terlalu banyak cairan tubuh yang hilang, asupan cairan yang kurang, atau akibat kombinasi keduanya.
a. Diare
Diare paling sering menyebabkan tubuh banyak kehilangan cairan. Sejumlah cairan tubuh dapat hilang melalui saluran cerna. Di seluruh dunia, lebih dari 4 juta anak-anak meninggal setiap tahunnya karena mengalami dehidrasi akibat diare.
b. Muntah
Muntah juga dapat menyebabkan hilangnya cairan tubuh, dan akan sangat susah mengganti cairan tersebut melalui asupan oral jika orang tersebut tidak mampu minum dengan baik.
c. Demam, terpapar panas, aktivitas fisik yang berlebihan
Tubuh dapat kehilangan sejumlah besar cairan saat berusaha untuk menurunkan temperatur permukaan tubuh dengan cara berkeringat. Meskipun tubuh menjadi panas akibat lingkungan di sekitarnya (misalnya bekerja pada lingkungan yang panas), aktivitas fisik yang berlebihan, atau karena sedang mengalami demam akibat infeksi, tubuh dapat menggunakan sebagian besar cairan tubuh untuk menghasilkan keringat dan membuatnya menjadi dingin kembali.
d. Diabetes Melitus
Pada orang-orang dengan diabetes melitus, meningkatnya kadar gula darah menyebabkan gula ikut keluar bersama urin dan akibatnya air yang keluar bersama urin pun menjadi bertambah. Untuk alasan ini, maka sering buang air kecil dan rasa haus yang berlebihan merupakan gejala dari diabetes.
e. Luka bakar
Luka bakar dapat menyebabkan dehidrasi karena cairan akan merembes ke kulit yang luka. Penyakit inflamasi kulit yang lain juga dapat menyebabkan hilangnya cairan tubuh.
f. Kesulitan minum air
Ketidakmampuan minum air dengan baik maupun kurangnya jumlah air yang diminum merupakan penyebab lain dehidrasi, misalnya pada orang yang dalam kondisi koma atau pada bayi yang sedang sakit sehingga tidak bisa minum dari botol, mual, nyeri tenggorokan atau mulut, atau pada orang yang kehilangan nafsu makan karena sedang sakit.
g. Konsumsi alkohol
Dehidrasi dapat terjadi akibat terlalu banyak mengonsumsi alkohol. Alkohol bersifat diuretik, yang dapat menyebabkan buang air kecil secara berlebihan.
h. Penggunaan diuretik yang berlebihan
i. Penggunaan methamphetamine, amphetamine, kafein, dan stimulansia lainnya
Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya dehidrasi ditinjau dari teori Blum dibedakan menjadi empat faktor, yaitu faktor biologi, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku.
Tabel 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Dehidrasi1,2,3,4,5,6
Faktor biologi | Faktor lingkungan | Faktor perilaku | Faktor pelayanan kesehatan |
· Usia: bayi dan orang tua lebih berisiko mengalami dehidrasi · Riwayat menderita diabetes · Menderita penyakit infeksi saluran cerna yang menyebabkan diare dan muntah · Mengalami luka bakar | · Lingkungan yang kering dan panas · Kurangnya ketersediaan air bersih untuk diminum | · Aktivitas fisik yang berlebihan · Konsumsi air yang kurang adekuat · Aktivitas pada lingkungan yang panas dalam jangka waktu lama · Kebiasaan mengonsumsi alkohol yang berlebihan | · Kurangnya pengetahuan petugas kesehatan mengenai dehidrasi · Keterlambatan dan kekeliruan dalam diagnosis dan pemberian terapi · Kurangnya upaya edukasi pada masyarakat mengenai dehidrasi |
4. Faktor yang Paling Berperan pada Terjadinya Dehidrasi
Faktor yang paling berperan mempengaruhi terjadinya dehidrasi adalah faktor perilaku.5
5. Akar Permasalahan
Konsumsi air yang kurang adekuat menjadi akar permasalahan terjadinya dehidrasi.3,5
6. Akar Masalah Utama
Faktor perilaku yang menjadi masalah utama penyebab dehidrasi adalah konsumsi air yang kurang adekuat. Jumlah air yang dibutuhkan sangat bervariasi dan bergantung pada jenis makanan yang dikonsumsi, suhu dan kelembaban lingkungan, tingkat aktivitas fisik, dan usia. Bagi orang dewasa, disarankan untuk mengonsumsi air minimal 8 gelas atau sekitar 2 liter per harinya. Pada bayi, air yang dikonsumsi harus memenuhi kebutuhannya, karena berat badannya yang masih sangat rendah dan sangat sensitif terhadap berkurangnya cairan tubuh meskipun dalam jumlah yang sangat kecil. Karena itu, orang tua harus selalu memperhatikan jumlah asupan cairan bagi bayinya. Bagi orang-orang yang bekerja pada lingkungan dengan suhu yang sangat panas untuk jangka waktu yang lama, atau bagi yang sering melakukan aktivitas fisik berlebihan seperti atlet, maka perlu mengonsumsi air dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya. Bagi orang yang sedang mengalami demam, diare, muntah-muntah, atau luka bakar juga perlu asupan cairan yang lebih banyak untuk mencegah dehidrasi.2,3,5
Akar masalah ini harus diatasi dengan tujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang dehidrasi, gejalanya, komplikasi, faktor risiko, serta upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memodifikasi perilaku demi mencegah terjadinya dehidrasi.
7. Rencana Program Kegiatan
Pilihan terbaik untuk mengatasi masalah dehidrasi antara lain:
a. Memberikan penyuluhan mengenai dehidrasi, faktor risiko, dan bahaya-bahayanya kepada masyarakat
b. Membuat poster dan leaflet berisi informasi tentang dehidrasi
c. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai diare pada anak terkait dengan dehidrasi sebagai akibatnya, serta memberikan pengetahuan tentang kapan waktu yang tepat untuk mencari pertolongan tenaga kesehatan
d. Menggalakkan dan mempromosikan kebiasaan minum air minimal 8 gelas setiap hari kepada masyarakat untuk mencegah terjadinya dehidrasi
e. Memberikan pengetahuan mengenai buruknya kebiasaan mengonsumsi alkohol, termasuk bahaya dan akibat dehidrasi yang ditimbulkannya
f. Memberikan pengetahuan kepada orang-orang yang sering melakukan aktivitas fisik berlebihan atau yang sering bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi untuk mengonsumsi air lebih banyak dari biasanya untuk mencegah dehidrasi
g. Memberikan pelatihan kepada tenaga kesehatan mengenai cara mendiagnosis dan penatalaksanaan yang tepat untuk dehidrasi, demi meningkatkan mutu pelayanannya
Dari beberapa program kerja di atas, alternatif terbaik untuk mengatasi masalah dehidrasi adalah dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai dehidrasi, gejalanya, faktor risiko, dan komplikasi yang mungkin timbul. Dengan pendekatan ini, diharapkan masyarakat dapat mengubah perilakunya yang mungkin dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi dan menghindari terjadinya komplikasi akibat penanganan yang terlambat.
DAFTAR PUSTAKA