PENDAHULUAN
1 Pengertian dan Prevalensi
Pyelonefritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan karena adanya infeksi oleh mikroorganisme. Infeksi ini paling sering akibat infeksi ascenden dari traktus urinarius bagian bawah. Proses invasi mikroorganisme secara hematogen sangat jarang ditemukan, kemungkinan merupakan akibat lanjut dari bakteriemia. Menurut penelitian di Swedia, insidens pyelonefritis meningkat pada usia 1-2 tahun, kemudian menurun sesuai dengan pertumbuhan usia. Pada usia dewasa kasus ini lebih sering timbul pada wanita dewasa muda (usia subur), salah satu kemungkinan adalah karena proses dari kehamilan (obsetri history). 20-30 % wanita hamil dengan bakteriuri asimptomatik selanjutnya akan berkembang menjadi pyelonefritis. Kasus pyelonefritis lebih dari 250.000 kasus terjadi di AS setiap tahun, dan 200.000 diantaranya memerlukan perawatan di rumah sakit (data 1997). Menurut literatur lain disebutkan bahwa angka kejadian pyelonefritis yaitu 280 kasus per 100.000 perempuan dengan rentang umur 18 sampai 49 tahun. Sebanyak 7 % pasien memerlukan perawatan di rumah sakit.
Klasifikasi pyelonefritis dipandang dari segi penatalaksanaan:
1. Pyelonefritis uncomplicated (sederhana)
Adalah pyelonefritis sederhana yang terjadi pada penderita dengan pyelum dan parenkim ginjal baik anatomik maupun fungsional normal. Pyelonefritis sederhana ini terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superfisial . Penyebab kuman tersering (90%) adalah E.Coli. Tipe ini jarang dilaporkan menyebabkan insufisiensi ginjal kronik . Dari seluruh pasien ini, 90% diantaranya berespons terhadap terapi antibiotika dan 10% sisanya dapat mengalami infeksi akut berulang atau bakteriuria asimptomatik yang menetap.
2. Pyelonefritis Complicated
Adalah pyelonefritis yang sering menimbulkan masalah karena kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakteriemia, sepsis dan shock dan sering meyebabkan insufisiensi ginjal kronik yang berakhir dengan gagal ginjal terminal.
Insiden terjadinya kasus uncomplicated pyelonefritis di setiap negara mempunyai data stastistik yang berbeda, hal ini dipengaruhi oleh taraf kesehatan dan pelayanan medis di negara tersebut. Kasus uncomplicated pyelonefritis di Indonesia insiden dan prevalensinya masih cukup tinggi. Keadaan ini tidak terlepas dari tingkat dan taraf kesehatan masyarakat Indonesia yang masih jauh dari standar dan tidak meratanya tingkat kehidupan sosial ekonomi, yang mau tidak mau berdampak langsung pada kasus ini di Indonesia.
2. Faktor- Faktor Penyebab
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar) merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit. Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung kemih
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal. Infeksi juga bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah. Keadaan lainnya yang meningkatkan resiko terjadinya infeksi ginjal adalah:
- kehamilan
- kencing manis
- keadaan-keadaan yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi.
Faktor-faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya uncomplicated pyelonefritis ditinjau dari teori Blum dapat dibedakan menjadi empat faktor, yaitu : faktor biologi, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor perilaku.
Faktor biologi | Faktor lingkungan | Faktor perilaku | Faktor pelayanan kesehatan |
- Jenis kelamin perempuan - Umur 18-49 tahun - Kehamilan - Riwayat keluarga dengan pyelonefritis -Penyakit-penyakit seperti diabetes, neurogenik bladder, infeksi HIV.
| - Penggunaan kateter menetap - Lingkungan dengan sanitasi terutama air yang kurang baik
| -Penggunaan diafragma, kondom, spermisida - Pengguaan analgesik secara kronik - Intake cairan yang kurang -keterlambatan berobat terhadap adanya uretritis - Kebersihan daerah perineal yang kurang | - Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai untuk diagnosis -Kurangnya pengetahuan petugas kesehatan -Keterlambatan dalam diagnosis dan terapi |
3. Faktor yang Paling Berperan
Faktor yang sangat berperan mempengaruhi terjadinya uncomplicated pyelonefritis adalah faktor pelayanan kesehatan.
4. Akar-Akar Permasalahan
Keterlambatan petugas kesehatan dalam penegakan diagnosis dan pemberian terapi.
5. Akar Masalah Utama
Minimnya pengetahuan petugas kesehatan tentang uncomplicated pyelonefritis merupakan determinan yang menonjol dalam menyebabkan penderita yang datang berobat terlambat didiagnosis dan pengobatanpun menjadi terlambat atau bahkan tidak adekuat. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menyelesaikan akar masalah tersebut dengan jalan meningkatkan pengetahuan petugas dan juga masyarakat mengenai uncomplicated pyelonefritis.
6. Rencana Program Kegiatan
Pilihan program untuk meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan, antara lain :
1. Memberikan materi kuliah atau seminar bagi petugas kesehatan mengenai cara penegakan diagnosis dan penatalaksanaan uncomplicated pyelonefritis.
2. Membuat leaflet-leaflet yang berisi informasi tentang uncomplicated pyelonefritis untuk dibagikan kepada petugas kesehatan.
3. Menganjurkan kepada dinas kesehatan setempat agar memasukkan kuliah penyegaran atau seminar bagi petugas kesehatan sebagai salah satu program kerja rutinnya.
Alternatif terbaik dalam memecahkan masalah untuk mengurangi kejadian uncomplicated pyelonefritis adalah dengan mengadakan kuliah penyegaran atau seminar untuk petugas kesehatan agar pengetahuan tentang uncomplicated pyelonefritis direview kembali dan menambah informasi terbaru mengenai uncomplicated pyelonefritis. Alternatif tersebut dipilih karena yang menjadi masalah utama penyebab uncomplicated pyelonefritis minimnya pengetahuan petugas kesehatan tentang uncomplicated pyelonefritis sehingga diagnosis terlambat ditegakkan dan tatalaksana pun menjadi terlambat dan bahkan tidak adekuat.
Program kegiatan kuliah penyegaran “Diagnosis dan Penatalaksanaan Uncomplicated Pyelonefritis” dipilih guna meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan di Palembang dalam menegakkan diagnosis uncomplicated pyelonefritis secara tepat dan cepat sehingga penderita yang datang ke pusat-pusat pelayanan kesehatan dapat diberikan pengobatan yang cepat dan adekuat. Dengan begitu, diharapkan angka kejadian penderita uncomplicated pyelonefritis dapat berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Price, Sylvia A, et all. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi 6. Jakarta : EGC.
3. Sudoyo, Aru W, et all. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
4. http://www.askep-askeb-kita.cz.cc. Diakses pada tanggal 14 Mei 2010.
5. http://www.scribd.com. Diakses pada tanggal 18 Mei 2010