PENYEBAB
TTN disebut juga wet lungs atau respiratory distress syndrome tipe II yang dapat didiagnosis beberapa jam setelah lahir. TTN tidak dapat didiagnosis sebelum lahir. TTN dapat terjadi pada bayi prematur (paru-paru bayi prematur belum cukup matang) ataupun bayi cukup bulan. Penyebab TTN lebih dikaitkan dengan beberapa faktor risiko yang meningkatkan kejadian TTN pada bayi baru lahir. Faktor risiko TTN pada bayi baru lahir di antaranya:
- Lahir secara secar
- Lahir dari ibu dengan diabetes
- Lahir dari ibu dengan asma
- Bayi kecil untuk usia kehamilan (small for gestational age)
Selama proses kelahiran melalui jalan lahir, terutama bayi cukup bulan, tekanan sepanjang jalan lahir akan menekan cairan dari paru-paru untuk keluar. Perubahan hormon selama persalinan juga berperan pada penyerapan cairan di paru-paru. Bayi yang kecil atau prematur atau yang lahir melalui jalan lahir dengan durasi singkat atau dengan secar tidak mengalami penekanan yang normal terjadi dan perubahan hormonal seperti kelahiran normal, sehingga mereka lebih berisiko mengalami penumpukan cairan di paru-paru saat mereka menarik napas untuk pertama kali.
PREVALENSI
Sebanyak 1 % bayi baru lahir mengalami TTN
PATOFISIOLOGI
Sebelum lahir paru-paru bayi terisi dengan cairan. Saat di dalam kandungan bayi tidak menggunakan paru-parunya untuk bernapas. Bayi mendapat oksigen dari pembuluh darah plasenta. Saat mendekati kelahiran, cairan di paru-paru bayi mulai berkurang sebagai respon dari perubahan hormonal. Cairan juga terperas keluar saat bayi lahir melewati jalan lahir (tekanan mekanis terhadap thoraks). Setelah lahir bayi mengambil napas pertamanya dan paru-paru terisi udara dan cairan di paru-paru didorong keluar. Cairan yang masih tersisa kemudian dibatukkan atau diserap tubuh secara bertahap melalui sistem pembuluh darah atau sistem limfatik. Bayi dengan TTN mengalami sisa cairan yang masih terdapat di paru-paru atau pengeluaran cairan dari paru-paru terlalu lambat sehingga bayi mengalami kesulitan untuk menghirup oksigen secara normal kemudian bayi bernapas lebih cepat dan lebih dalam untuk mendapat cukup oksigen ke paru-paru.
TANDA DAN GEJALA
- Bernapas cepat dan dalam (takipnea) lebih dari 60 x/menit
- Napas cuping hidung (nasal flare)
- Sela iga cekung saat bernapas (retraksi interkostal)
- Mulut dan hidung kebiruan (sianosis)
- Grunting atau merintik/mendengkur saat bayi mengeluarkan napas
Selain tanda dan gejala tersebut, bayi dengan TTN tampak seperti bayi lainnya
DIAGNOSIS BANDING
Diangnosis banding yang terdekat dengan TTN antara lain:
· Pneumonia
· Hipertensi pulmonaris
· Sindroma aspirasi mekonium
· Penyakit membran hialin
Sebenarnya tidak begitu diperlukan untuk susah payah membedakan antara beberapa diagnosis banding tersebut karena semuanya dapat menyebabkan gangguan napas dan mendapat terapi yang serupa/sama. Kebanyakan diagnosis pasti hanya diperlukan untuk rekam medis saja. Sering pada rekam medis hanya ditulis “distres respirasi”.
DIAGNOSIS
Karena TTN memiliki gejala yang mirip dengan gangguan pernapasan lain yang berat pada bayi seperti pneumonia atau hipertensi pembuluh darah paru-paru, maka dokter mungkin menggunakan bantuan foto rontgen sebagai tambahan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis.
Indikator yang digunakan untuk mendiagnosis TTN :
- Bayi dengan TTN hasil rontgen paru-paru akan tampak bercak dan cairan, lainnya normal
- Pemantauan pulse-oximetry (sensor oksigen yang dipasang di ujung jari tangan atau kaki). Alat ini menunjukkan kadar oksigen yang dikirimkan dari paru-paru ke dalam darah. Kadangkala pemeriksaan kadar oksigen perlu diperiksa melalui tes darah
- Tes darah lengkap kadangkala diperlukan untuk melihat apakah ada infeksi atau tidak
TATALAKSANA
· Bayi dengan TTN DIAWASI dengan cermat. Kadangkala dapat diawasi di NICU (perawatan intensif bayi baru lahir). Pemantauan frekuensi jantung, pernapasan dan kadar oksigen.
· Beberapa bayi diawasi dan dipastikan frekuensi pernapasan menurun dan kadar oksigen tetap normal, lainnya mungkin membutuhkan oksigen tambahan melalui masker, selang di bawah hidung atau kotak oksigen (headbox).
· Jika bayi tetap berusaha keras untuk bernapas meskipun oksigen sudah diberikan, maka continous positive airway pressure (CPAP) dapat digunakan untuk memberikan aliran udara ke paru-paru. Dengan CPCP bayi mengenakan selang oksigen di hidung dan mesin secara berkesinambungan memberikan udara bertekanan ke hidung bayi untuk membantu paru-paru tetap terbuka selama pernapasan.
· Pada kasus berat maka bayi dapat membutuhkan bantuan ventilator, namun ini jarang terjadi.
· Nutrisi dapat menjadi masalah tambahan jika bayi bernapas terlalu cepat sehingga bayi tidak dapat mengisap,menelan dan bernapas secara bersamaan. Pada kasus ini maka infus melalui pembuluh darah perlu diberikan agar bayi tidak dehidrasi dan kadar gula darah bayi tetap terjaga.
· Dalam 24-48 jam proses pernapasan bayi dengan TTN biasanya akan membaik dan kembali normal dan dalam 72 jam semua gejala TTN sudah tidak ada. Jika keadaan bayi belum membaik maka dokter harus mencari kemungkinan penyebab lainnya yang mungkin menyertai.
· Setelah bayi pulih dari TTN umumnya bayi akan pulih sepenuhnya, inilah syarat dimana bayi boleh dipulangkan. Sebelum pulang berikan edukasi kepada ibu agar melakukan observasi di rumah dengan memantau tanda-tanda gangguan pernapasan seperti kesulitan bernapas, tampak biru, sela iga cekung saat bernapas, bila hal ini muncul segera hubungi dokter dan unit gawat darurat terdekat.
PROGNOSIS
Vitam dan fungsionam: Dubia ad bonam, tergantung penyebab, banyaknya tanda dan gejala pasien, serta adekuatnya tatalaksana dari dokter.
KOMPLIKASI
Apabila tatalaksananya buruk, komplikasi yang mungkin seperti:
· Hipoksia karena penanganan terlalu lama, akibatnya terjadi kekurangan nutrisi pada organ-organ vital (otak, jantung, paru, ginjal).
· Asidosis metabolic (hipoglikemia, hipotermia).