LUKA BAKAR
Arya Indrabrata
Definisi:
Cedera yang diakbatkan akibat trauma panas secara langsung ke kulit. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan luka bakar dengan gambaran luka yang sama yaitu, terbakar api langsung atau tidak langsung, terbakar matahari, sengatan listrik, bahan kimia, atau air panas.
Luka bakar dicirikan dengan karakteristik timbulnya bula yang berisi banyak elektrolit dan disertai dengan tanda tanda dari inflamasi jaringan.
Klasifikasi dan derajat luka bakar
Derajat | Organ yg terkena | Gambaran luka | Keluhan pasien |
I | Epidermis | eritema | Nyeri dan hipersensitivitas lokal |
II | Dermis, namun elemen epitel masih baik (adnexa kulit) | Bula yang berisi cairan eksudat | Nyeri dan hipersensitivitsas |
III | Seluruh kedalaman kulit dan mungkin subkutis atau lebih | Warna kulit pucat abu2 gelap atau hitam, tidak ada bula. | Tidak terasa nyeri (anesthesia) |
Pada derajat I dan II, umumnya luka sembuh dengan sendirinya. Dalam seminggu samapai tiga minggu. Namun untuk derajat III, lukanya tidak mungkin sembuh dengan sendirinya dan dibutuhkan cangkok kulit.
Luas luka bakar
Dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Orang dewasa digunakan “rules of 9”, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan kiri, ekstremitas bawah kanan dan kiri, masing masing 9%, sisanya 1% untuk daerah geniatlia.
Pada bayi digunakan rumus 10 dan untuk anak2 digunakan rumus 10 – 15- 20.
Patofisiologi
LUKA BAKAR → pembuluh kapiler rusak dan permeabilitas meningkat → menyebabkan edema dan timbunan bula yang mengandung banyak elektrolit → penurunan volume cairan intravaskuler → hipovolemik → syok
LUKA BAKAR → penurunan aliran darah lokal secara tiba2→ diikuti dengan vasoldilatasi pada arteriole (eritema)→proses inflamasi menhasilkan mediator endogen (histamin, serotonin) → peningkatan permeabilitas kapiler→ protein darah keluar menuju intertitial→ penurunan tekanan onkotik → timbunan cairan di interttial.
Infeksi pada luka bakar sangat sering terjadi. Dimulai dengan infeksi dari flora normal bakteri Gram positif. Namun terjadi juga invasi dari kuman Gram negative. Pseudomonas aeroginosa, dapat menghasilkan eksotosin protease dan toksin lain yang berbahaya, terkenal akan invasinya apada luka bakar. Dapat dilihat dari kain kasa yang berwarna hijau bila terjadi infeksi Pseudomonas aeroginosa.
Penegakan Diagnosis
Anamnesis dapat dengan sangat jelas menegakan diagnose burn injury. Mekanisme trauma juga penting ditanyakan dalam anamnesis, seperti bagaimana proses terbakar secara langsung atau tidak, jenis pakaian yang terbakar pada saat diapakai di atas luka bakar juga menentukan kedalaman luka bakar tersebut.
Pemeriksaan untuk menentukan derajat luka bakar ini juga dapat dilihat dari keluhan dan gambaran luka bakar. Uji tusuk jarum dilakukan dengan memasukan jarum untuk menentukan apakah daerah yang mengalami luka masih memiliki rasa nyeri.
DD
- Luka bakar akibat jilatan api
- Tersiram cuka para
- Heat stroke
- Sengatan listrik
Penatalaksaan
Upaya pertama yang harus dilakukan saat terbakar adalah mematikan sumber panas pada tubuh. Kontak dengan bahan yang panas juga harus secepatnya diakhiri. Pertolongan pertama adalah dengan membilas daerah yang terkena panas dengan air mengalir selama 15 menit agar kerusakan jaringan akibat panas tidak meluas.
Bila ditemukan tanda2 syok maka penderita perlu dilakukan resusitasi segera dengan prinsip ABCDE.
Untuk pembebasan jalan napas dapat dilakukan dengan intubasi awal agar dapat mencegah komplikasi berupa obstruksi jalan napas. Bila perlu dapat dilakukan escharotomy jika terdapat gangguan gerakan dinding dada dan terbakarnya perut dan dada.
Pemberian cairan intravena pada penderita luka bakar berat harus ditentukan secara teliti berdasarkan luas dan derajat dari luka bakar tersbut.
1) Luas luka dalam persen x berat badan dalam kg menjadi ml NaCl per 24 jam.
2) Luas luka dalam persen x berat badan dalam kg menjadi ml plasma per 24 jam.
3) 2000 cc glukosa 5% per 24 jam.
Cara di atas merupakan cara Evans dalam menentukan jumlah pemberian cairan. Nomor 1 dan 2 merupakan pengganti cairan yang hilang akibat edema, sedangkan yang nomor 3 adalah pengganti cairan yang hilang akibat penguapan.
Setengah dari jumlah nomor 1, 2 , dan 3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah dari pemberian hari pertama, dan terus berkurang setengah dari hari sebelumnya pada hari berikutnya.bila dieresis pada hari ketiga memuaskan dan penderita dapat minum tanpa kesulitan, infuse dapat dikurangi, bahkan dihentikan.
Selain itu dapat juga digunakan rumus “Modified Brooke (Parkland)” dimana :
4% TBSA x body weight (kg) untuk 24 jam pertama. Pemberian dilanjutkan dengan setengah dari pemberian cairan awal dalam 8 jam berikutnya, lalu berkurang setengah lagi untuk 16 jam berikutnya. Pemberian awal dihitung mulai saat terjadi trauma, bukan pemberian cairan di rumah sakit.
Obat obatan
Pasien diberikan ATS sebagai profilaksis.
Antibiotic spectrum luas sistemik harus diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi. Yang banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Untuk antiseptic topical sangat diajurkan pada penderita luka bakar. Umumnya yang dipakai adalah yodium povidon atau nitras argenti 0.5%. kompres nitras- argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif untuk mencegah pertumbuhan kuman. Selain itu krim silversulfadiazin 1% juga banyak dipakai sebagai bakteriostatik.
Monitoring dari penderita luka bakar berat adalah vital sign harus selalu dalam batas normal, pemasangan kateter untuk pemantauan urin dengan minimal 1 ml/ kg BB/ jam, pemasangan katetr untuk mengukur tekanan vena, pemeriksaan Hb dan Ht, serta analisis kadar elektrolit.
Komplikasi
Jaringan parut dapat menjadi cacat berat merupakan masalah utama yang sering dialami pasien dengan luka bakar berat. Kontraktur kulit dapat menyebabkan kekakuan sendi, atau menimbulkan cacat estetis yang sangat jelek. Terutama bila parut tersebut berupa keloid. Bila luka bakar mengenai jalan napas akibat inhalasi, dapat terjadi atelektasis, pneumonia, atau insufisiensi fungsi paru pasca trauma.
Akibat yang paling buruk adalah kematian. Dimana bila ditemukan tanda2 syok hipovolemik yang tidak teratasi secara cepat dan tepat.
Prognosis
Dubia
Derajat 2 bisa sembuh sendiri karena adnexa masih baik.