PENDAHULUAN
1. Pengertian dan prevalensi
Appendisitis akut adalah proses peradangan pada appendiks vermiformis yang diawali dengan penyumbatam lumen appendiks oleh mukus, fekalit atau benda asing yang diikuti oleh infeksi bakteri yang terjadi secara akut. Beberapa gejala awal yang khas yakni nyeri tumpul di daerah sekitar pusar disertai dengan rasa mual, muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut yaitu nyeri pd titik Mc Burney. Selain nyeri, gejala apendisitis akut lainnya adalah demam derajat rendah, mules, konstipasi atau diare, perut membengkak dan ketidakmampuan mengeluarkan gas.
Apendisitis akut timbul pada sekitar 7% individu di negara barat, dan merupakan penyebab paling sering dari suatu akut abdomen yang memerlukan intervensi bedah. Angka mortalitas bervariasi dari kurang dari 0,1 % dalam kasus tak berkomplikasi sampai sekitar 5% dalam kasus dengan perforasi (Lally et al, 2001). Insidensi apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada negara berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi menjadi 52 tiap 100.000 populasi. Menurut data epidemiologi apendisitis akut jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini menurun saat menjelang dewasa. Insidensi apendisitis akut pada pria dan wanita umumnya sebanding pada masa prapuber, sedangkan pada masa remaja dan dewasa muda (20-30 tahun) rasionya menjadi 3:2 (Jehan, 2003).
2. Faktor-faktor penyebab
Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks yang biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras ( fekalit), hiperplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, tumor primer pada dinding apendiks dan striktur. Penelitian terakhir menemukan bahwa ulserasi mukosa akibat parasit seperti E Hystolitica, merupakan langkah awal terjadinya apendisitis pada lebih dari separuh kasus, bahkan lebih sering dari sumbatan lumen. Beberapa penelitian juga menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat terhadap timbulnya apendisitis. Kebiasaan makan makanan rendah serat dapat mengakibatkan kesulitan dalam buang air besar, sehingga akan meningkatkan tekanan di dalam rongga usus yang pada akhirnya akan menyebabkan sumbatan pada saluran apendiks.
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya apendisitis akut ditinjau dari teori Blumn dibedakan menjadi empat faktor, yaitu: faktor biologi, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor perilaku.
Tabel 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya apendisitis akut
Faktor Biologi | Faktor Lingkungan | Faktor Perilaku | Faktor Pelayanan Kesehatan |
- Usia (15-30 tahun) - Pria dewasa muda (beresiko 1,5 kali lebih besar dari wanita dewasa muda) - Ras kulit putih - Apendiks yang panjang dengan posisi retrocaecal - Tumor primer pada dinding apendiks - Megakolon kongenital (pada neonatus) | - Obstruksi lumen akibat infeksi bakteri, virus, parasit, cacing, dan benda asing - Higiene dan sanitasi lingkungan yang kurang baik - Sosial ekonomi menengah ke atas | - Kebiasaan makan makanan rendah serat - Obesitas - Merokok - Keterlambatan dalam mencari pengobatan | - Minimnya pengetahuan petugas kesehatan - Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai - Keterlambatan dalam diagnosis dan terapi - Kekeliruan dalam diagnosis dan terapi - Tidak adanya program yang adekuat dalam proses skrining awal penyakit. |
3. Faktor yang paling berperan
Faktor yang sangat berperan mempengaruhi terjadinya apendisitis akut adalah faktor perilaku.
4. Akar-akar permasalahan
Perilaku tidak sehat akibat kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai apendisitis akut, gejala, faktor penyebab dan upaya pencegahannya
5. Akar masalah utama
Faktor perilaku yang menjadi masalah utama dalam kasus apendisitis akut adalah perilaku yang tidak sehat akibat kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai apendisitis akut, gejala, faktor penyebab dan upaya pencegahannya. Salah satunya kebiasaan makan daging dan makanan rendah serat yang berkembang khususnya pada masyarakat di negara-negara maju, dapat membentuk fekalit yang pada akhirnya akan menyebabkan sumbatan pada saluran apendiks dan memudahkan terjadinya infeksi. Sebagai akibatnya, pada saat pasien datang berobat, penyakitnya telah menjadi lebih buruk atau bahkan telah mengalami komplikasi yang serius. Maka dari itu, perlu diadakan penyuluhan kepada masyarakat khususnya pada pria usia muda untuk dapat memahami apa itu apendisitis akut, gejala, faktor penyebab dan upaya pencegahannya sehingga dapat berperan aktif dalam upaya menurunkan angka penderita apendisitis akut.
6. Rencana program kegiatan
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai apendisitis akut dapat dilakukan program-program sebagai berikut:
1. Memberi saran kepada dinas kesehatan setempat untuk mengadakan penyuluhan tentang faktor-faktor resiko penyebab apendisitis akut dengan pengetahuan dasar gejala-gejala klinis, upaya pencegahan dan pengobatannya.
2. Memberikan edukasi kepada masyarakat melalui penyelenggaraan penyuluhan atau seminar awam tentang gejala, cara pencegahan apendisitis akut dan pentingnya menerapkan pola hidup sehat.
- Membuat poster dan leaflet-laeflet yang berisi tentang apendisitis akut, gejala, dan cara pencegahannya.
- Bekerja sama dengan kepala sekolah dan guru Sekolah Menengah Atas untuk mengadakan suatu materi pembelajaran mengenai apendisitis akut kepada murud-murid Sekolah Menengah Atas.
5. Kerjasama dengan stasiun radio dan TV lokal setempat untuk memuat iklan layanan masyarakat tentang pentingnya pola hidup sehat seperti makan makanan tinggi serat, tidak merokok, menjaga personal hygiene dan menjaga berat badan yang optimal.
Dari program kerja diatas, alternatif terbaik dalam mengatasi kasus apendisitis akut adalah dengan memberikan edukasi kepada masyarakat melalui penyelenggaraan penyuluhan atau seminar awam mengenai apendisitis akut, gejala, penyebab, cara pencegahannya dan pentingnya menerapkan pola hidup sehat. Dengan adanya pembekalan tersebut diharapkan masyarakat khususnya pria usia muda memiliki pengetahuan dan mulai berperilaku hidup sehat sehingga dapat menurunkan angka kejadian apendisitis akut.
DAFTAR PUSTAKA
Junias Mangema. Hubungan Antara Skor Alvarado dan Temuan Operasi Apendisitis Akut di Rumah Sakit Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. [Online]. 2009 [cited 2010 Mei 14];[156 screens]. Available from:URL: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6204/1/09E01422.pdf
Nurhidayah. Hubungan Status Gizi Berdasar Kadar Albumin Serum dengan Kejadian Infeksi Luka Operasi Pasca Apendektomi Pada Pasien Apendisitis Akut di RSUD dr. Moewardi Surakarta. [Online]. 2009 [cited 2010 Mei 14];[11 screens]. Available from:URL: http://etd.eprints.ums.ac.id/4365/
Irga. Appendisitis Akut. . [Online]. 2010 May 20 [cited 2010 Mei 14];[5 screens]. Available from:URL: http://www.irwanashari.com/2007/06/appendisitis-akut.html