PENDAHULUAN
1. Pengertian dan Prevalensi
Uncomplicated hepatitis B (Hepatitis B kronik karier) adalah suatu keadaan yang menggambarkan terdapatnya antigen virus hepatitis B (HbsAg) dalam darah lebih dari 6 bulan dan tidak ada gejala maupun suatu keadan gawat dari individu yang diserang oleh virus hepatitis B tersebut.1
Hepatitis B kronik merupakan masalah kesehatan besar terutama di Asia, dimana terdapat sedikitnya 75% dari seluruhnya 300 juta individu HbsAg positif menetao di seluruh dunia. Di Asia sebagian besar pasien B kronik mendapat infeksi pada masa perinatal. Kebanyakan pasien ini tidak mengalami keluhan ataupun gejala sampai akhirnya terjadi penyakit hati kronik.2
Pada saat ini didunia diperkirnkan terdapat kira-kira 350 juta orangpengidap (carier) HBsAg dan 220 juta (78 %) diantaranya terdapat di Asia termasuk Indonesia. Berdasarkan pemeriksaan HBsAg pada kelompok donor darah di Indonesia prevalensi Hepatitis B berkisar antara 2,50-36,17 % (Sulaiman, 1994). Selain itu di Indonesia infeksi virus hepatitis B terjadi pada bayi dan anak, diperkirakan 25 -45,g% pengidap adalah karena infeksi perinatal. Hal ini berarti bahwa Indonesia termasuk daerah endemis penyakit hepatitis B dan termasuk negara yang dihimbau oleh WHO untuk melaksanakan upaya pencegahan (Imunisasi).3
Hepatitis B biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui darah/darah produk yang mempunyai konsentrasi virus hepatitis B yang tinggi, melalui semen, melalui saliva, melalui alat-alat yang tercemar virus hepatitis B seperti sisir, pisau cukur, alat makan, sikat gigi, alat kedokteran dan lain-lain. Di Indonesia kejadian hepatitis B satu diantara 12-14 orang, yang berlanjut menjadi hepatitis kronik, chirosis hepatis dan hepatoma. Satu atau dua kasus meninggal akibat hepatoma.3
2.FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB3
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Virus ini pertama kali ditemukan oleh Blumberg pacta tahun 1965 dan di kenal dengan nama antigen Australia. Virus ini termasuk DNA virus.
Virus hepatitis B berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm yang disebut "Partikel Dane". Lapisan luar terdiri atas antigen HBsAg yang membungkus partikel inti (core). Pada inti terdapat DNA VHB Polimerase. Pada partikel inti terdapat Hepatitis B core antigen (HBcAg) dan Hepatitis B e antigen (HBeAg). Antigen permukaan (HBsAg) terdiri atas lipo protein dan menurut sifat imunologik proteinnya virus Hepatitis B dibagi menjadi 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw dan ayr. Subtipe ini secara epidemiologis penting, karena menyebabkan perbedaan geogmfik dan rasial dalam penyebarannya. Virus hepatitis B mempunyai masa inkubasi 45-80 hari, rata-rata 80-90 hari.
SUMBER DAN CARA PENULARAN VIRUS HEPATITIS B
Sumber Penularan Virus Hepatitis B.
Dalam kepustakaan disebutkan sumber penularan virus Hepatitis B berupa:
- Darah
- Saliva
- Kontak dengan mukosa penderita virus hepatitis B
- Feces dan urine
- Lain-lain: Sisir, pisau cukur, selimut, alat makan, alat kedokteran yang terkontaminasi virus hepatitis B. Selain itu dicurigai penularan melalui nyamuk atau serangga penghisap darah.
Cara penularan virus Hepatitis B
Penularan infeksi virus hepatitis B melalui berbagai cara yaitu :
a. Parenteral : dimana terjadi penembusan kulit atau mukosa misalnya melalui tusuk jarum atau benda yang sudah tercemar virus hepatitis B dan pembuatan tattoo
b. Non Parenteral : karena persentuhan yang erat dengan benda yang tercemar
virus hepatitis B.
Secara epidemiologik penularan infeksi virus hepatitis B dibagi 2 cara penting yaitu:
a. Penularan vertikal; yaitu penularan infeksi virus hepatitis B dari ibu yang HBsAg positif kepada anak yang dilahirkan yang terjadi selama masa perinatal. Resiko terinfeksi pada bayi mencapai 50-60 % dan bervariasi antar negara satu dan lain berkaitan dengan kelompok etnik.
b. Penularan horizontal; yaitu penularan infeksi virus hepatitis B dari seorang pengidap virus hepatitis B kepada orang lain disekitarnya, misalnya: melalui hubungan seksual.
FAKIOR -FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA HEPATITIS B
Faktor Host (Penjamu)
Adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbul serta perjalanan penyakit hepatitis B. Faktor penjamu meliputi:
a. Umur
Hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Paling sering padabayi dan anak (25 -45,9 %) resiko untuk menjadi kronis, menurun denganbertambahnya umur dimana pada anak bayi 90 % akan menjadi kronis,pada anak usia sekolah 23 -46 % dan pada orang dewasa 3-10%(Markum, 1997). Hal ini berkaitan dengan terbentuk antibodi dalam jumlah cukup untuk menjamin terhindar dari hepatitis kronis.
b. Jenis kelamin
Berdasarkan sex ratio, wanita 3x lebih sering terinfeksi hepatitis B dibanding pria.
c. Mekanisme pertahanan tubuh
Bayi baru lahir atau bayi 2 bulan pertama setelah lahir lebih sering terinfeksi hepatitis B, terutama pada bayi yang sering terinfeksi hepatitis B, terutama pada bayi yang belum mendapat imunisasi hepatitis B. Hal ini karena sistem imun belum berkembang sempurna.
d. Kebiasaan hidup
Sebagian besar penularan pada masa remaja disebabkan karena aktivitas seksual dan gaya hidup seperti homoseksual, pecandu obat narkotika suntikan, pemakaian tatto, pemakaian akupuntur.
e. Pekerjaan
Kelompok resiko tinggi untuk mendapat infeksi hepatitis B adalah dokter, dokter bedah, dokter gigi, perawat, bidan, petugas kamar operasi, petugas laboratorium dimana mereka dalam pekerjaan sehari-hari kontak dengan penderita dan material manusia (darah, tinja, air kemih).
Faktor Agent
Penyebab Hepatitis B adalah virus hepatitis B termasuk DNA virus. Virus Hepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen yakni HBsAg, HBcAg, dan HBeAg. Berdasarkan sifat imunologik protein pada HBsAg, virus dibagi atas 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw, dan ayr yang menyebabkan perbedaan geografi dalam penyebarannya.Subtype adw terjadi di Eropah, Amerika dan Australia. Subtype ayw terjadi di Afrika Utara dan Selatan. Subtype adw dan adr terjadi di Malaysia, Thailand, Indonesia. Sedangkan subtype adr terjadi di Jepang dan China.
Faktor Lingkungan
Merupakan keseluruhan kondisi dan pengaruh luar yang mempengaruhi perkembangan hepatitis B. Yang termasuk faktor lingkungan adalah:
- Lingkungan dengan sanitasi jelek
- Daerah dengan angka prevalensi VHB nya tinggi
- Daerah unit pembedahan: Ginekologi, gigi, mata.
- Daerah unit laboratorium
- Daerah unit bank darah
- Daerah tempat pembersihan
- Daerah dialisa dan transplantasi.
- Daerah unit perawatan penyakit dalam
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya hepatitis B kronik karier ditinjau dari teori Blum dibedakan menjadi empat faktor, yaiu : faktor biologi, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor perilaku.
Tabel. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hepatitis B kronik karier
Faktor Biologi | Faktor Lingkungan | Faktor Perilaku | Faktor Pelayanan kesehatan |
-Usia (resiko meningkat pada masa bayi dan anak) -Wanita (beresiko tiga kali lebih besar dibanding laki-laki) -Lebih sering terjadi pada orang-orang dengan sistem imun yang rendah akupuntur.
- Kelompok resiko tinggi untuk mendapat infeksi hepatitis B adalah dokter
| - Lingkungan dengan sanitasi jelek - Daerah dengan angka prevalensi VHB nya tinggi - Daerah unit pembedahan: Ginekologi, gigi, mata. - Daerah unit laboratorium - Daerah unit bank darah - Daerah tempat pembersihan - Daerah dialisa dan transplantasi. - Daerah unit perawatan penyakit dalam
| -Sebagian besar penularan pada masa remaja disebabkan karena aktivitas seksual dan gaya hidup seperti homoseksual, pecandu obat narkotika suntikan, pemakaian tatto, pemakaian akupuntur.
| -Minimnya pengetahuan petugas kesehatan -Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai -Keterlambatan dalam diagnosis dan terapi -Kekeliruan dalam diagnosis dan terapi -Tidak adanya program yang adekuat dalam proses skrining awal penyakit |
3. Faktor yang paling berperan
Faktor yang sangat berperan mempengaruhi terjadinya Hepatitis B kronik karier adalah faktor pelayanan kesehatan.
4.Akar-akar permasalahan
Faktor pelayanan kesehatan yang menjadi masalah utama dalam kasus Hepatitis B kronik karier adalah kekeliruan dan keterlambatan dalam diagnosis dan terapi.Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan petugas kesehatan dan tidak tampaknya gejala-gejala yang khas ataupun gawat dr penyakit ini sehingga pasien yang datang mengalami keterlambatan dalam penegakan diagnosis maupun pemberian terapi yang tepat. Bahkan tidak jarang pasien pasien datang pada keadaan yang sangat buruk dengan kerusakan hati yang cukup luas dan mengalamo komplikasi. Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menyelesaikan akar masalah tersebut dengan jalan meningkatkan pengetahuan petugas dan juga masyarakat mengenai Hepatitis B kronik karier.
5.Rencana Program Kegiatan
Pilihan program untuk meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan, antara lain:
1. Memberikan materi kuliah atau seminar bagi petugas kesehatan mengenai cara penegakan diagnosis dan penatalaksanaan Hepatitis B kronik karier.
2.Memberikan saran kepada dinas kesehatan setempat untuk mengadakan materi kuliah atau seminar, dan pelatihan petugas kesehatan sebagai salah satu program kerja.
3. Membuat pamflet-pamflet berisi informasi terbaru tentang Hepatitis B kronik karier
.
Dari program kerja di atas, alternatif terbaik dalam mengatasi kasus Hepatitis B kronik karier adalah dengan memberikan materi kuliah atau seminar bagi petugas kesehatan mengenai cara penegakan diagnosis dan penatalaksanaan Hepatiti B kronik karier. Umumnya kekeliruan diagnosis dan terapi terjadi karena minimnya pengetahuan petugas tentang hepatitis B kronik karier dan kurangnya fasilitas pada sarana kesehatan yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA
2.Soemohardjo soewignjo, Gunawan Stephanus. Hepatitis B Kronik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi V, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006, Hal 433-442
3.Siregar Fazidah Aguslina. Hepatitis B Ditinjau Dari Kesehatan Masyarakat Dan Pencegahan