PENDAHULUAN
1. Pengertian dan Prevalensi
Enteritis merupakan peradangan pada usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan iritan, racun, infeksi virus atau bakteri, atau faktor-faktor yang tidak diketahui.1 Biasanya enteritis disebabkan ingesti dari substansi-substansi yang terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen. Mikroorganisme patogen ini akan menetap di usus halus dan menimbulkan gejala-gejala nyeri perut, hilang nafsu makan, diare, dehidrasi, dan demam.2
Sejauh ini belum banyak data epidemiologi penduduk mengenai enteritis, khususnya di Indonesia. Menurut data yang diperoleh dari sensus yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 2004, insiden rata-rata enteritis di Amerika Serikat adalah 1 dari 83 atau 1,20% atau 3,3 juta penduduk di Amerika Serikat. Dan menurut sumber yang sama, Indonesia sebagai urutan pertama dari insiden tertinggi di Asia Tenggara.3
Umumnya enteritis tidak terkait jenis kelamin. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan di Singapura, lebih banyak pria yang terkena enteritis daripada wanita dengan perbandingan pria dan wanita adalah 1,72: 1.4 Penyakit ini banyak menyerang anak-anak, khususnya pada usia balita. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nur Rasidah et al, 82,3% dari kasus enteritis menyerang usia di bawah 14 tahun dengan 50,9% menyerang usia 0-4 tahun.4 Penelitian tersebut dilakukan terhadap pasien dengan rentang usia dari 22 hari hingga 93 tahun.
2. Faktor-faktor penyebab
Enteritis merupakan peradangan pada usus halus. Lebih spesifiknya, anterior (atau proksimal) enteritis mempengaruhi duodenum dan jejunum. Peradangan mengganggu kemampuan usus halus untuk mengabsorbsi cairan, sehingga menyebabkan distensi atau pembengkakan abnormal pada organ. Distensi ini menimbulkan dua malfungsi fisiologis. Yang pertama adalah memperlambat atau menghentikan gerak peristaltik, yang kedua adalah dehidrasi, yang timbul pada saat usus halus gagal meresorbsi cairan selama digesti.5
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya enteritis ditinjau dari teori Blum dibedakan menjadi empat faktor, yaitu faktor biologi, faktor lingkungan, faktor perilaku, dan faktor pelayanan kesehatan.
Tabel. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya enteritis2
Faktor biologi | Faktor lingkungan | Faktor perilaku | Faktor pelayanan kesehatan |
- Kondisi autoimun (penyakit Crohn) - Defisiensi enzim pencernaan - Alergi makanan
| - Sanitasi lingkungan yang kurang baik - Adanya keluarga yang sakit dengan gejala intestinal - Terpapar dengan air yang terkontaminasi | - Tidak mencuci tangan setelah ke toilet - Tidak mencuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makanan atau minuman - Penggunaan obat-obatan (seperti ibuprofen, kokain, sodium naproxen) - Bepergian ke luar kota - Minum air mentah atau langsung dari sungai - Tidak memasak air hingga mendidih - Tidak menggunakan peralatan makan yang bersih - Tidak memasak makanan hingga benar-benar matang | - Akibat terapi radiasi - Keterlambatan diagnosis dari petugas kesehatan |
3. Faktor yang paling berperan
Faktor yang sangat berperan mempengaruhi terjadinya enteritis adalah faktor perilaku.
4. Akar-akar permasalahan
Perilaku masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan.
5. Akar masalah utama
Faktor perilaku yang menjadi masalah utama dalam kasus enteritis adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam memperhatikan kebersihan makanan dan minuman yang dikonsumsi. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat akan kebersihan. Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai enteritis dan mengubah perilaku masyarakat agar dapat menjaga kebersihan makanan dan minuman yang akan dikonsumsi sehingga dapat menekan angka kejadian enteritis.
6. Rencana program kegiatan
Pilihan program untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat, antara lain:
1. Meningkatkan pengetahuan dengan cara mengadakan penyuluhan kepada masyarakat mengenai enteritis, faktor-faktor resiko yang dapat mempengaruhinya, serta mengenai gaya hidup dan perilaku sehat yang seharusnya dilakukan.
2. Menyebarkan pamflet-pamflet yang berisi tentang cara menjaga kebersihan dalam menyiapkan makanan dan minuman yang akan dikonsumsi untuk mencegah terjadinya enteritis.
3. Membuat acara kesehatan di televisi dengan menampilkan tokoh yang menjadi panutan masyarakat untuk memberikan pengetahuan mengenai enteritis dan bagaimana cara mencegahnya.
Dari program kerja di atas, alternatif terbaik dalam mengatasi kasus enteritis adalah dengan mengadakan penyuluhan kepada masyarakat khususnya kalangan menengah ke bawah mengenai enteritis, faktor-faktor resiko pada enteritis, serta perilaku sehat yang seharusnya dilakukan. Diharapkan dengan adanya intervensi pada bidang pendidikan, dapat mengubah perilaku masyarakat menuju ke perilaku hidup sehat sehingga dapat menekan angka kejadian enteritis dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.