1. PENDAHULUAN
Gastritis merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai pada praktik dokter sehari-hari, karena diagnosisnya seringkali berdasarkan gejala klinis, bukan pemeriksaan histopatologis.1
Gastritis adalah inflamasi (pembengkakan) dari mukosa lambung termasuk gastritis erosiva yang disebabkan oleh iritasi, refluks cairan kandung empedu dan pankreas, perdarahan gastritis, infeksi, dan atrofi mukosa lambung. 2
Gastritis merupakan inflamasi yang terjadi pada mukosa lambung dengan banyak kemungkinan penyebab. 1
Studi-studi epidemiologi menggambarkan insidensi yang luas untuk gastritis. Di Amerika Serikat, sebanyak 1,8-2,1 juta pasien yang ke praktek dokter datang dengan keluhan gastritis setiap tahunnya. Dan biasanya merupakan pasien dengan usia lebih dari 60 tahun. 3
Mortalitas dan morbiditas tergantung pada penyebab gastritis. Secara umum, kebanyakan kasus gastritis dapat ditatalaksana dengan baik setelah ditemukan etiologinya. Gastritis dapat terjadi pada setiap orang tanpa membedakan jenis kelamin, ras, maupun usia. Namun, insiden infeksi H.pylori meningkat berdasarkan usia. Di negara maju prevalensi infeksi H.pylori pada orang dewasa lebih besar dibanding pada anak-anak. Sedangkan di negara berkembang seperti Indonesia, prevalensi tersebut justru terbalik, anak-anak memiliki kerentanan terhadap infeksi H.pylori dibandingkan dengan orang dewasa. 1
Gastritis biasanya timbul tanpa gejala atau gejala yang timbul sering tidak khas. Keluhan yang sering dihubungkan dengan gastritis ialah pedih dan nyeri pada ulu hati dengan atau tidak disertai mual dan muntah, seringkali disertai darah. 1 Keluhan lain dapat berupa kembung dan rasa terbakar pada perut bagian atas. 3 Namun keluhan-keluhan tersebut juga tidak dapat digunakan sebagai alat evaluasi keberhasilan pengobatan. Pemeriksaan fisis juga tidak dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. Diagnosis pasti gastritis ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi dan histopatologi. 3 Terapi gastritis meliputi pemberian antasida, proton pump inhibitor (PPI), antibiotika, dan penatalaksanaan diet. 1,2,3
2. RUMUSAN MASALAH
Penyebab utama gastritis akut ialah konsumsi alkohol yag berlebih dan penggunaan Nonsteroisidal Anti-inflamatory Drugs (NSAIDs), seperti aspirin atau ibuprofen. Penyebab lain ialah gastritis akibat operasi, trauma, luka bakar, atau infeksi. Gastritis dapat pula disebabkan oleh operasi untuk menurunkan berat badan dimana dilakukan rekonstruksi terhadap traktus digestivus. Penyebab gastritis kronik ialah infeksi bakteri, terutama Helicobacter pylori. Beberapa penyakit dapat pula menyebabkan gastritis, seperti anemia perniciosa, reflux kandung empedu kronik, stress, dan kelaninan autoimun. 3
Faktor risiko yang memprngaruhi terjadinya gastritis ditinjau dari teori Blumn dibedakan menjadi empat faktor, yaitu faktor biologi, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor perilaku.
Tabel Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Gastritis
Faktor biologi | Faktor lingkungan | Faktor perilaku | Faktor pelayanan kesehatan |
Di Indonesia, anak-anak lebih rentan terhadap infeksi H.pylori dibanding orang dewasa. Namun, pengunaan NSAIDs dan alkohol lebih banyak pada orang dewasa. Sehingga gastritis mengenai semua usia. | Lingkungan dengan sanitasi yang kurang baik dan letak restoran/tempat jajan yang tidak memperhatikan kebersihan makanan maupun peralatan makan. | · Pola diet yang salah, yakni diet berlebih terhadap makanan yang merangsang kerusakan lambung, seperti alkohol, dan asam. · Kebiasaan merokok · Penggunaan obat-obat penghilang rasa sakit (terutama NSAIDs) secara bebas dengan aturan pakai yang sembarangan. · Stress individu yang terus menerus · Keterlambatan dalam berobat · Tidak melakukan pemeriksaan rutin kesehatan | · Peresepan NSAIDs yang tidak tepat atau tidak disertai dengan obat-obat pelindung lambung oleh petugas kesehatan. · Keterbatasan pemeriksaan penunjang diagnostik, seperti pemeriksaan histopatologi dan alat endoskopi, sehingga seringkali hanya dilakukan · Tidak adanya program yang adekuat dalam proses skrining awal penyakit |
3. PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan uraian tabel diatas, maka prioritas masalah dapat diurutkan sebagai berikut :
1. Faktor perilaku
2. Faktor pelayanan kesehatan
3. Faktor lingkungan
4. Faktor biologi
Faktor perilaku merupakan prioritas utama dalam perencanaan program pelayanan kesehatan pada gastritis. Insidensi gastritis dihubungkan dengan perilaku terkait erat oleh 3 hal, yakni pola konsumsi diet berlebih terhadap makanan yang merangsang kerusakan lambung, kebiasaan merokok, dan pola konsumsi obat-obatan penghilang rasa sakit yang salah. Hal-hal tersebut diatas merupakan masalah yang menyebabkan angka kejadian dan kesakitan pada gastritis cenderung untuk menetap dan meningkat.
Prioritas masalah pada perilaku yang menyebabkan gastritis ialah pola diet yang salah, yakni diet makanan yang merangsang kerusakan lambung. Berdasarkan prioritas tersebut, maka perlu dilakukan beberapa kegiatan untuk mengajak masyarakat merubah pola diet, sehingga pada akhirnya diharapkan perubahan pola diet tersebut mampu mengurangi angka kejadian dan kesakitan pada gastritis.
4. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Berikut merupakan alternatif pemecahan masalah berdasarkan prioritas masalah guna mengubah pola diet masyarakat :
1. Membuat iklan melalui media cetak maupun elektronik mengenai pola konsumsi diet yang sehat dengan membatasi asupan makanan yang merangsang kerusakan lambung, seperti asam dan alkohol.
2. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pola hidup sehat dengan menitikberatkan pada pengurangan konsumsi makanan yang merangsang kerusakan lambung, seperti asam, dan alkohol melalui kegiatan seminar.
3. Mensosialisasikan program konsultasi gizi di pusat-pusat kesehatan yang sudah ada kepada masyarakat melalui media peyuluhan, cetak, dan elektronik.
5. ALTERNATIF PROGRAM
Alternatif program pelayanan kesehatan pada gastritis ialah dengan membuat iklan melalui media cetak maupun elektronik mengenai pola konsumsi diet yang sehat dengan membatasi asupan makanan yang merangsang kerusakan lambung, seperti asam dan alkohol. Alternatif ini dipilih karena iklan merupakan suatu bentuk penyuluhan pasif namun memiliki arti penting, karena dewasa ini masyarakat lebih menyenangi penyuluhan yang singkat namun edukatif dan tepat sasaran. Selain itu, iklan dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat, baik anak-anak maupun orang tua. Melalui iklan yang berkala di media cetak maupun elekstonik, diharapkan pola konsumsi diet di masyarakat dapat berubah, sehingga secara tidak langsung dapat menurunkan angka kejadian dan kesakitan gastritis terutama di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wehdi M. Gastritis, acute. Updated : July 30, 2008. Available from URL : http://emedicine.medscape.com/article/175472-overview.htm.Accessed May 10, 2010
2. Hirlan. Gastritis. In : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, editors. In: Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan IPD FKUI; 2006. p. 462-465
3. Bacon BR. Gastritis. In : Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J, editors. Harrison’s the principle of internal medicine 17th edition. New York : Mc Graw Hill; 2007.