PENDAHULUAN
1. Pengertian dan Prevalensi
Duodenal ulcer atau tukak duodenum secara anatomis didefinisikan sebagai suatu defek mukosa/submukosa yang berbatas tegas yang dapat menembus muskularis mukosa sampai lapisan serosa sehingga dapat terjadi perforasi. Secara klinis, tukak duodenum didefinisikan sebagai hilangnya epitel superficial atau lapisan lebih dalam dengan diameter ≥ 5 mm yang dapat diamati secara endoskopis atau radiologis. Gambaran klinik tukak duodenum berupa nyeri dan atau rasa tidak nyaman pada epigastrium (sindrom dyspepsia).
Prevalensi tukak duodenum seumur hidup adalah 5%-10%, resiko semakin meningkat dengan pertambahan usia. Tukak duodenum merupakan penyakit yang masih banyak ditemukan dalam klinik terutama pada kelompok umur di atas 45 tahun. Pada pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas pada 1615 pasien dengan dyspepsia kronik di Subbagian Gastroenterologi RS Pendidikan di Makassar ditemukan prevalensi tukak duodenum sebanyak 14%; umur terbanyak antara 45-65 tahun dengan kecenderungan makin tua umur prevalensi makin meningkat dan perbandingan antara laki-laki dan perempuan sebesar 2:1.
2. Faktor-Faktor Penyebab
Dari hasil penelitian diketahui penyebab utama terjadinya duodenal ulcer adalah bakteri gram negative H.pylori. H.pylori teridentifikasi pada 95% kasus tukak duodenum. Setidaknya setengah populasi dunia terinfeksi bakteri ini. Tingkat infeksi bervariasi antar negara, negara dunia ketiga memiliki tingkat infeksi yang lebih tinggi dibanding negara barat. Namun demikian peranan factor-faktor lain dalam kejadian tukak duodenum jelas ada sehingga tukak duodenum dikatakan sebagai penyakit multifaktorial. Faktor-faktor lainnya itu berupa penggunaan obat anti inflamasi non-steroid (OAINS), peningkatan asam lambung/pepsin dan faktor-faktor lingkungan serta kelainan satu atau beberapa factor pertahanan. Genetika nampaknya berperan dengan agregasi keluarga yang jelas, tetapi penanda genetik spesifik secara pasti belum bisa ditentukan.
Di negara berkembang, seroprevalensi berhubungan langsung dengan pertambahan usia (85% pada usia 60 tahun) dan berbanding terbalik dengan status sosioekonomi (angka kejadian pada status sosioekonomi dengan penghasilan terendah sebanyak 100%; dan dengan penghasilan tertinggi sebanyak <1%). Di USA, prevalensi H.pylori lebih tinggi pada orang Amerika keturunan Hispanik atau Afrika.
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya duodenal ulcer atau tukak duodenum ditinjau dari teori Blum diklasifikasikan menjadi 4 faktor, yaitu: factor biologi, factor perilaku, factor lingkungan, dan factor pelayanan kesahatan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya duodenal ulcer atau tukak duodenum.
Faktor biologi | Faktor perilaku | Faktor lingkungan | Faktor pelayanan kesehatan |
-Usia tua ( umur terbanyak pada usia 45-65 tahun, dengan kecenderungan semkin meningkat pada usia lebih tua) -Laki-laki ( laki-laki beresiko menderita penyakit ini 2 kali lebih besar disbanding perempuan) -Riwayat keluarga dengan tukak duodenum -Memiliki penyakit tertentu seperti sindrom Zollinger Elison, mastositosis sistemik, penyakit Chron dan hiperparatiroidisme ( dimana prevalensi terjadinya tukak duodenum meningkat) | -Penggunaan OAINS secara kronik dan regular -Kebersihan perorangan yang kurang baik -Merokok -Manajemen stres yang kurang baik -Kurangnya kesadaran untuk berobat dini -Keterlambatan mencari pertolongan pengobatan -Tidak melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur | -Sanitasi lingkungan sekitar yang kurang baik -Status sosioekonomi yang rendah | -Minimnya pengetahuan petugas kesehatan mengenai penyakit duodenal ulcer atau tukak duodenum -Kurangnya alat diagnostik berupa alat diagnostic radiologis dan endoskopi untuk mendiagnosa tukak duodenum -Keterlambatan dalam diagnosis dan terapi -Kekeliruan dalam mendiagnosa dan memberikan terapi -Pemberian antibiotika yang tidak tepat
|
3. Faktor yang Paling Berperan
Faktor yang paling berperan menyebabkan terjadinya tukak duodenum adalah faktor perilaku.
4. Akar-Akar Permasalahan
Kebersihan perseorangan yang kurang baik menyebabkan tukak duodenum masih ada sampai saat ini.
5. Akar Masalah Utama
Faktor perilaku yang menjadi masalah utama dalam kasus duodenal ulcer atau tukak duodenum adalah kebersihan perseorangan yang kurang baik. Kebersihan perseorangan yang kurang baik dapat menyebabkan transmisi H.pylori semakin meningkat. Seperti yang dijelaskan sebelumnya penyebab utama terjadinya duodenal ulcer adalah karena serangan bakteri gram negative H.pylori. Kebersihan perseorangan yang kurang baik terjadi akibat kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan perseorangan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan atau merencanakan program-program yang dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan diri sehingga pada akhirnya akan mengurangi transmisi bakteri H.pylori dan diharapkan dapat mengurangi angka kejadian terjadinya tukak duodenum.
6. Rencana Program Kegiatan
Program kegiatan yang direncanakan untuk mengatasi kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan diri adalah:
1. Membuat brosur atau pamflet yang berisi cara menjaga kebersihan diri dalam kehidupan sehari-hari.
1. 2. Memberikan edukasi kepada masyarakat melalui penyelenggaraan penyuluhan atau seminar awam tentang pentingnya menjaga kebersihan diri dan cara menjaga kebersihan diri.
3. Memberi saran kepada dinas kesehatan setempat untuk mengadakan penyuluhan tentang faktor resiko penyebab duodenal ulcer yaitu kurangnya menjaga kebersihan diri dan bagaimana upaya pencegahannya.
4. Bekerja sama dengan kepala sekolah dan guru sekolah-sekolah dasar untuk mengadakan suatu kegiatan untuk mengenalkan cara-cara menjaga kebersihan diri agar anak-anak dapat menjaga kebersihan diri sejak dini.
5. Mengadakan kerjasama dengan stasiun radio dan TV lokal setempat untuk memuat iklan layanan masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan diri agar dapat terhindar dari penyakit terutama penyakit duodenal ulcer.
Dari program kegiatan tersebut, alternatif terbaik dalam mengatasi penyakit tukak duodenum adalah dengan memberikan edukasi kepada masyarakat melalui penyelenggaraan penyuluhan atau seminar awam tentang pentingnya menjaga kebersihan diri dan cara menjaga kebersihan diri. Dengan adanya pembekalan tersebut diharapkan masyarakat akan menyadari pentingnya menjaga kebersihan diri dan menerapkan menjaga kebersihan diri dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menurunkan angka kejadian penyakit duodenal ulcer atau tukak duodenum.
DAFTAR PUSTAKA
1. Akil,H.A.M. Tukak Duodenum. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI. Hal 345-348.
2. Snowden FM (October 2008). "Emerging and reemerging diseases: a historical perspective". Immunol. Rev. 225: 9–26.
3. Smoak BL, Kelley PW, Taylor DN (March 1994). "Seroprevalence of Helicobacter pylori infections in a cohort of US Army recruits". Am. J. Epidemiol. 139 (5): 513–9.