| 
 DEPARTEMEN IKA RSMH PALEMBANG 
 | Filariasis | Kode ICD : | 
  | No Dokumen …………. | No.Revisi …………….. | Halaman : | 
  | 
 Panduan Praktek Klinis | 
 Tanggal Revisi ……………….. | Ditetapkan Oleh, Ketua Divisi Infeksi Dr.   Yulia Iriani, Sp.A 
 | 
  | 
 Definisi 
 | Penyakit yang   disebabkan oleh infeksi nematoda dari famili filariodea | 
  | 
  Etiologi 
 | Wuchereria   bancrofti, Brugia malayi  dan Brugia timori, Onchocerca volvulus,   Mansonella | 
  | 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 Patogenesis 
 | ·           Cacing   dewasa hidup dalam cairan dan saluran limfe serta mengembara dalam jaringan   ikat bawah kulit dan rongga tubuh. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria   yang akan masuk ke dalam pembuluh darah/limfe, kemudian masuk ke dalam   peredaran darah sampai ke darah tepi dan akan terisap oleh nyamuk. ·           Dalam   tubuh nyamuk mikrofilaria masuk melalui probosis dan seterusnya kelambung   nyamuk dan akan berubah menjadi larva setelah mikrofilaria melepaskan   sarungnya, kemudian larva menembus dinding lambung nyamuk dan masuk   keperedaran darah nyamuk, akhirnya larva akan mencapai daerah toraks nyamuk.   Dalam toraks nyamuk larva akan berkembang dari larva 1 menjadi larva 3 (larva   infektif), sebagian dari larva 3 menuju keabdomen dan sebagian lagi menuju ke   probocis dn dikeluarkan oleh nyamuk betina bila menghisap darah. ·           Larva   yang masuk kedalam tubuh nyamuk tidak 100% akan menjadi/mencapai stadium   infektif. Pertumbuhan dan perkembangan larva sangat dipengaruhi oleh suhu dan   keadaan tubuh nyamuk itu sendiri. | 
  | 
 
 
 
 
 
 
 Manifestasi  klinis 
 | ·           Massa   inkubasi yaitu mulai dari masuknya larva infektif ke dalam kulit sampai   pertama kali timbulnya mikrofilaria di dalam darah tepi, lamanya bervariasi,   antara 5 – 15 bulan. ·           Manifestasi   awal adalah nyeri hebat, pembengkakan, kemerahan sepanjang saluran limfe dan   funikulitis dangan atau tanpa orchitis atau hidrokel, kadang-kadang disertai   manifestasi Tropical Pulmonary Eosinophilia. Gejala tersebut hilang bila   penderita beristirahat total, tetapi cenderung utnuk kambuh kembali bila   melakukan aktivitas. ·           Gejala   filariasis dapat dibagi dalam 2 golongan: 1. Akibat infeksi (akut): Limfangitis,   Limfadenitis, Funikulitis,  orchitis,   epididymitis. 2. Akibat bendungan (Kronik): Elefantiasis,   Chiluria 
 | 
  | 
 
 
 
 
 
 
 
 Kriteria Diagnosis 
 
 | - Ditemukan adanya mikrofilaria   dalam darah  - Sero diagnosis        ▪ Skin test        ▪ Complemen Fixation Test        ▪ Immunofluorescent test §  Indirect   Fluorescent Antibody Test        ▪ ELISA  - Biopsi, dilakukan biopsi pada kelenjar   limfe yang membesar,       khusus untuk O. Volvulus dilakukan biopsi dari kulit. 
 | 
  | 
 
 
 
 
 
 Diffrential diagnosis 
 
 | ·           Limfangitis   filariasis harus dibedakan dengan limfangitis bakterial, dimana kedua gejala   tersebut hampir sama ·           Hernia ·           Granuloma   Inguinalis ·           Limfoma   malignum ·           Malaria   dan infeksi bakteri lainnya ·           Leprosi ·           Skabies | 
  | 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 Pemeriksaan Penunjang 
 | ·              Ditemukan   adanya mikrofilaria dalam darah tepi dengan tetesan tebal ·              Tes   provokasi Dietil Carbamazine (DEC) Mikrofilaria yang   bersifat nokturnal dapat ditemukan  dalam   darah tepi yang diambil pada waktu siang hari, dengan pemberian DEC 2 mg/kgbb   dan darah diambil 45-50 menit setelah pemberian obat ·              Menghitung   mikrofilaria Mikrofilaria   dihitung dengan mengambil 0,25 ml darah yang diencerkan dengan asetat 3%   sampai menjadi 0,5 cc dan dilihat dibawah mikroskop dengan menggunakan   Sedgwick Refler counting Cell. Densitas tinggi             : 50 mf/ml darah Densitas rendah                      : 11 – 49 mf/ml darah Densitas sangat rendah          :   1 – 10 mf/ml darah ·              Cara   Konsentrasi Metode Knotts: 1   ml darah diencerkan dalam 9 ml air dan ditambahkan 1 ml formalin 2%, kemudian   dikocok dan disentrifus dan endapan diperiksa dibawah mikroskop ·              Sero   diagnosis         ▪ Skin   test         ▪   Complemen Fixation Test         ▪   Immunofluorescent test            Indirect Fluorescent Antibody Test         ▪ ELISA ·              Biopsi,   dilakukan biopsi pada kelenjar limfe yang membesar, khusus untuk O. Volvulus   dilakukan biopsi dari kulit. 
 | 
  | 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 Tatalaksana 
 
 | a. Makrofilaria -  Preparat antimon, dosisnya 8 ml (larutan 5%)   diberikan secara intravena, selang sehari dosis dinaikkan 4 ml sampai   tercapai dosis 28 ml dengan dosis total 360 ml. - Arsenic 100 m intramuscuker/hari   diberikan sebanyak 4 kali pemberian. b. Mikrofilaria - DEC (Diethyl Carbamazine Citrate,   Hetrazan) Cara kerja obat ini diduga   mempermudah fagositosis mikrofilaria oleh makrofag di RES. Dosis yang   diberikan adalah 6 mg/kg.bb/hari diberikan 3 kali. - Furapyrimidone Mempunyai efek yang sama dengan DC   dalam hal mikrofilarisidal. Dosis yang dianjurkan: untuk B. Malayi 15 – 20   mg/kgbb/hari selama 6 hari. Untuk W. Bancrofti 20 mg/kgbb/hri selama 7 hari. - Ivermictin Sangat paten terhadap O. Volvulus   dan Loa-loa. Dosis yang diberikan 150 mcg/kgbb dosis tunggal untuk   O.Volvulus, 200 mcg/kgbb dosis tunggal untuk loa-loa. | 
  | 
 Komplikasi  
 | Limfangitis,   Limfadenitis, Funikulitis, Orchitis, epididymitis, elefantiasis, chiluria | 
  | 
 Daftar kepustakaan 
 
 | 
 Sumarmo SPS, Herry G,   Sri Rezeki SH, Hindra IS. Buku ajar infeksi dan pediatri tropis.Edisi kedua.   Jakarta: IDAI; 2008. 
 | 
    
 
Title : Standar Penatalaksanaan Filariasis
Description :       DEPARTEMEN IKA RSMH PALEMBANG     Filariasis     Kode ICD :      No Dokumen ………….     No.Revisi ……………..     Halaman :      Panduan Pra...