PENDAHULUAN
1. Pengertian dan Prevalensi
Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu. Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus. Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut (glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya korelasi klinik selain menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit dan prognosis.
GNA dapat terjadi pada semua kelompok umur, namun tersering pada golongan umur 5-15 tahun, dan jarang terjadi pada bayi. Referensi lain menyebutkan paling sering ditemukan pada anak usia 6-10 tahun. Penyakit ini dapat terjadi pada laki laki dan perempuan, namun laki laki dua kali lebih sering dari pada perempuan. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Hasil penelitian multisenter di Indonesia pada tahun 1988, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2:1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%).
2. Faktor-Faktor Penyebab
Glomerulonefritis akut didahului oleh infeksi ekstra renal terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A tipe 12, 4, 16, 25, dan 29. Kemungkinan factor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan factor alergi mempengaruhi terjadinya glomerulonefritis akut setelah infeksi kuman streptococcus ini. Glomerulonefritis akut dapat juga disebabkan oleh sifilis, keracunan seperti keracunan timah hitam tridion, penyakit amiloid, trombosis vena renalis, purpura anafilaktoid dan lupus eritematosus.
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya glomerulonefritis akut ditinjau dari teori Blum dibedakan menjadi 4 faktor, yaitu: faktor biologi, faktor lingkungan, faktor perilaku, dan faktor pelayanan kesehatan.
Tabel Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Glomerulonefritis Akut
Faktor Biologi | Faktor Lingkungan | Faktor Perilaku | Faktor Pelayanan Kesehatan |
· Umur (tersering pada golongan umur 5-15 tahun, dan jarang terjadi pada bayi) · Jenis kelamin (laki laki dua kali lebih sering dari pada perempuan)
| · Prevalensi meningkat pada orang yang sosial ekonominya rendah, dan lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat. · | · Kebiasaan mengkomsumsi obat antiinflamasi non-steroid · Kurang kesadaran untuk berobat dini · Keterlambatan dalam berobat · Tidak melakukan pemeriksaan rutin kesehatan | · Minimnya pengetahuan petugas kesehatan · Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai · Keterlambatan dalam diagnosis dan terapi · Kekeliruan dalam diagnosis dan terapi · Tidak adanya program yang adekuat dalam proses skrining penyakit awal |
3. Faktor yang Paling Berperan
Faktor yang sangat berperan mempengaruhi terjadinya glomerulonefritis akut adalah faktor pelayanan kesehatan.
4. Akar-Akar Permasalahan
Keterlambatan petugas kesehatan dalam penegakkan diagnosis dan pemberian terapi.
5. Akar Masalah Utama
Faktor pelayanan kesehatan yang menjadi masalah utama dalam kasus glomerulonefritis akut adalah keterlambatan dalam mendiagnosis dan memberikan terapi. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan petugas kesehatan sehingga pasien yang datang mengalami keterlambatan dalam penegakan diagnosis secara tepat maupun pemberian terapi yang adekuat. Bahkan tidak jarang pasien datang kembali dalam kondisi yang lebih buruk dari sebelumnya atau telah mengalami komplikasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menyelesaikan akar masalah tersebut dengan jalan meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan juga masyarakat mengenai glomerulonefritis.
6. Rencana Program Kegiatan
Pilihan program untuk meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan, antara lain:
a. Memberikan penyuluhan kepada petugas kesehatan tentang cara-cara penularan penyakit ini, tentang hubungan infeksi streptokokus dengan glomerulonefritis dan tentang pentingnya diagnosa pasti serta dijelaskan bahwa antibiotika yang diberikan untuk terapi infeksi streptokokus, agar diminum sesuai dengan jadwal yang disuruh dokter.
b. Membuat leaflet-leaflet yang berisi informasi tentang glomerulonefritis akut untuk dibagikan kepada petugas kesehatan.
c. Memberikan saran kepada dinas kesehatan setempat untuk menyediakan fasilitas laboratorium yang memadai untuk identifikasi streptokokus hemolitik grup A.
Alternatif terbaik dalam memecahkan masalah untuk mengurangi kejadian glomerulonefritis akut adalah dengan memberikan penyuluhan kepada petugas kesehatan tentang cara-cara penularan penyakit ini, tentang hubungan infeksi streptokokus dengan glomerulonefritis dan tentang pentingnya diagnosa pasti serta penjelasan bahwa antibiotika yang diberikan untuk terapi infeksi streptokokus, agar diminum sesuai dengan jadwal yang disuruh dokter.
Alternatif tersebut dipilih karena yang menjadi masalah utama penyebab glomerulonefritis akut minimnya pengetahuan petugas kesehatan tentang glomerulonefritis akut sehingga diagnosis terlambat ditegakkan dan tatalaksana pun menjadi terlambat dan bahkan tidak adekuat.
Program kegiatan penyuluhan ini dipilih guna meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan di Palembang dalam menegakkan diagnosis glomerulonefritis akut secara tepat dan cepat sehingga penderita yang datang ke pusat-pusat pelayanan kesehatan dapat diberikan pengobatan yang cepat dan adekuat. Dengan begitu, diharapkan angka kejadian penderita glomerulonefritis akut dapat berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Markum. M.S, Wiguno .P, Siregar.P, 1990, Glomerulonefritis, Ilmu Penyakit Dalam II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 1990. p: 274-28.
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Glomerulonefritis akut. Infomedika, Jakarta: 1985. p: 835-839