ISK merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian serius. Di Amerika dilaporkan bahwa 8,3 juta pasien datang ke dokter setiap tahunnya dengan diagnosis ISK. Insiden ISK adalah 3,6% di Indonesia, selain itu ISK menempati urutan kedua dalam penyakit infeksi dan masuk dalam sepuluh besar penyakit terbanyak pada tahun 2004.
ISK terjadi karena invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan adanya bakteri dalam urin melalui biakan dengan jumlah yang signifikan. Tingkat signifikansi bakteri dalam urin lebih besar dari 100.000/ml urin. Agen penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp, Klebsiella sp, Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah bakteri Eschericia coli.
2.Faktor-faktor Penyebab
Pada keadaan normal, tanpa infeksi, urin harusnya steril terbebas dari bakteri, virus, dan jamur. Infeksi biasanya berasal dari saluran pencernaan dan mulai bermultiplikasi. Pada kebanyakan kasus, bakteri mengenai uretra terlebih dahulu. Apabila ISK hanya terjadi di uretra maka dinamakan urethtritis. Jika tidak diobati, maka bakteri akan menginvasi organ yang lebih dalam ke kandung kemih, disebut cistitis, kemudian menuju ureter atau uretritis, dan bahkan menginvasi ginjal.
Mikroorganisme seperti Chlamydia dan Mycoplasma dapat menyebabkan ISK pada wanita dan pria, tetapi infeksinya hanya terbatas pada urethra dan organ reproduksi saja. Tidak seperti E. coli yang ditularkan melalui saluran cerna, Chlamydia dan Mycoplasma dapat ditularkan secara seksual, sehingga diperlukan terapi pada pasangan seksual.
Faktor Biologi | Faktor Lingkungan | Faktor Perilaku | Faktor Pelayanan Kesehatan |
1. Wanita berisiko lebih besar terkena ISK 2. Gangguan anatomis dan gangguan saluran kemih lainnya 3. Penggunaan alat bantu pada saluran kemih 4. Penyakit sistemik atau obat-obatan yang menurunkan sistem imun
| 1. Lingkungan dengan sanitasi yang kurang baik (tidak tersedianya air bersih untuk cebok, penggunaan toilet duduk yang kurang memadai) | 1. Higiene personal yang rendah 2. Kurang kesadaran untuk berobat 3. Keterlambatan dalam berobat 4. Tidak melakukan pemeriksaan rutin kesehatan
| 1. Minimnya pengetahuan petugas kesehatan 2. Kurangnya sarana prasarana yang memadai 3. Keterlambatan dalam diagnosis dan terapi 4. Kekeliruan dalam diagnosis dan terapi 5. Tidak adanya program yang adekuat dalam proses skrining awal penyakit 6. Kurangnya informasi yang diberikan pada masyarakat baik mengenai penyakit, sanitasi(lingkungan), dan perilaku masyarakat |
Sebenarnya sistem urinaria itu sendiri memiliki mekanisme untuk mencegah infeksi. Ureter dan kandung kemih mencegah refluks urin kembali ke ginjal, dan aliran urin dari kandung kemih membantu membersihkan bakteri di saluran kemih. Secara anatomis, uretra pada wanita lebih pendek dibanding uretra pada pria sehingga apabila terjadi infeksi, maka penyebaran bakteri akan lebih cepat. Selain itu, muara uretra wanita berada dekat dengan anus dan vagina sehingga ISK yang disebabkan oleh infeksi saluran cerna dan penularan secara seksual lebih mudah terjadi. Pada laki-laki, terdapat sekret kelenjar prostat yang memperlambat pertumbuhan bakteri sehingga ISK lebih sering terjadi pada wanita.
Beberapa orang memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami ISK. Gangguan pada saluran kemih merupakan faktor predisposisi, seperti batu ginjal, pembesaran prostat, dan gangguan anatomis saluran kemih lainnya. Penggunaan alat bantu kesehatan seperti kateter, atau tube yang dipasang di uretra dan kandung kemih juga memperbesar risiko terjadinya ISK. Pada pasien dengan gangguan sistemik seperti diabetes, penyakit lupus, dan penggunaan obat-obat yang menurunkan sistem imun juga merupakan faktor risiko ISK.
Faktor risiko ISK ditinjau dari teori Blum dibedakan menjadi empat faktor yaitu: faktor biologi, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku (tabel 1)
3.Faktor yang Paling Berperan
Faktor yang sangat berperan menyebabkan ISK adalah faktor perilaku masyarakat, yang diperparah dengan faktor pelayanan kesehatan sehingga memperberat ISK.
4.Akar-akar Permasalahan
Kurangnya higiene personal dan tingkat kesadaran akan pengobatan ISK pada masyarakat dan keterlambatan petugas kesehatan dalam penegakan diagnosis dan pemberian terapi.
5.Akar Masalah Utama
Faktor perilaku masyarakat yang menjadi masalah utama dalam kasus ISK adalah higiene personal yang rendah dan kurangnya kesadaran untuk berobat sehingga telah terjadi keterlambatan dalam pengobatan. Hal ini diperparah dengan faktor pelayanan kesehatan akibat minimnya pengetahuan petugas kesehatan dan kurangnya informasi yang diberikan pada masyarakat sehingga terjadi keterlambatan dalam diagnosis, dan terapi yang tidak tepat. Bahkan tidak jarang dijumpai pasien yang datang kembali dengan keadaan penyakit yang semakin parah atau mengalami komplikasi. Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menyelesaikan akar masalah tersebut dengan jalan meningkatkan pengetahuan masyarakat dan juga petugas kesehatan mengenai ISK.
6.Rencana Program Kegiatan
Pilihan program kegiatan dibagi menjadi dua kelompok, yakni terhadap masyarakat dan petugas kesehatan. Materi yang diberikan pun harus sesuai dengan tingkat pendidikan target sasaran.
Pilihan program kesehatan untuk masyarakat terutama ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga akhirnya dapat merubah perilaku masyarakat, antara lain:
- Memberikan materi kuliah atau seminar bagi masyarakat mengenai cara meningkatkan dan menjaga higiene personal
- Memberikan materi kuliah atau seminar bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran berobat
- Memberikan materi kuliah atau seminar bagi masyarakat mengenai cara mendiagnosis dan penatalaksanaan ISK
- Membuat leaflet-leaflet berisi informasi mengenai ISK
Pilihan program kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan, antara lain:
- Memberikan materi kuliah atau seminar bagi petugas kesehatan mengenai cara penegakan diagnosis dan penatalaksanaan ISK
- Membuat leaflet-leaflet berisi informasi terbaru tentang ISK
- Memberi saran kepada petugas kesehatan setempat untuk mengadakan materi kuliah atau seminar, dan pelatihan bagi petugas kesehatan sebagai salah satu program kerja
Dari program kerja di atas, alternatif terbaik dalam mengatasi kasus ISK adalah dengan memberikan kuliah atau seminar bagi masyarakat mengenai higiene personal dan kesadaran berobat, sementara itu dilakukan pula kuliah atau seminar bagi petugas kesehatan mengenai cara penegakan diagnosis dan penatalaksanaan ISK.