Artikel mengenai status mental mini telah dijelaskan pada
artikel yang telah lalu. Maka dari itu, dalam artikel kali ini akan dibahas mengenai pemeriksaan status mental yang lebih umum dan luas.
Pada dasarnya, pemeriksaan status mental telah dimulai sejak tatapan awal seorang dokter kepada pasiennya. Kemudian pemeriksaan lanjutan segera dilakukan ketika dokter bercakap dengan pasien. Dengan hal itu, dokter telah mampu meresapi dan menilai sedikit karakter pasien melalui ucapan dan tingkah laku pasien itu. Adapun komponen-komponen yang dinilai seorang dokter pada pasiennya dari awal tatapan hingga wawancara/anamnesis, yaitu:
Pertama. Penampilan, tingkah laku, dan cara bicara: dokter melihat pemeliharaan dan perawatan diri pasien dari segi fisik pasien. Termasuk cara berpakaian pasien, rapi, sambil lalu, minim, atau acak-acakan. Sedikit banyak dari cara berpakaian dan berpenampilan ini dapat didapatkan pribadi pasien tersebut secara umum. Dokter juga melihat ekspresi wajah pasien (ramah, khawatir, marah, ekspresi menggoda/histeris, depresi, ataupun ekspresi kosong seperti orang parkinson). Apakah pasien menggigit-gigit kuku jari tangan, apakah telapak tangannya kapalan, apakah ia mengepalkan tangan? Ini juga dinilai dokter. Intinya semua gerak-gerik pasien dapat memiliki arti khusus secara klinis. Selain itu dokter juga menilai cara bicara pasien, mulai dari kecepatan, irama, intonasi, kuatnya suara, sampai tingkat kepentingan isi pembicaraan. Dari cara bicara ini beberapa gangguan dapat diketahui, misalnya mania (bicara cepat, berbobot), depresi (bicara lambat dan monoton), skizofrenia (banyak ungkapan/neologisme), dll.
Kedua. Keadaan emosi dan reaksi: Dokter memperhatikan kesesuaian antara pembicaraan dan emosi yang ditunjukkan, melihat apakah tingkah laku pasien sesuai dengan emosi, serta apakah sikap keseluruhan pasien konsisten. Misalnya, pasien yang sedih, kemungkinan tingkah lakunya tidak agresif, malu, ataupun pendiam.
Ketiga. Masalah khusus: Dokter juga menanyakan masalah khusus pasien seperti masalah keuangan, keluarga, pekerjaan, ataupun masalah lain yang dialami. Semua yang diutarakan pasien merupakan gambaran tentang permasalahan yang tengah dihadapi pasien; semuanya wajib dirahasiakan oleh dokter.
Keempat. Daya ingat serta orientasi: Biasanya, dokter menguji ingatan pasien dari ingatan pasien tentang masalah-masalah/peristiwa yang baru terjadi atau yang telah berlalu (sudah sangat lama). Dokter juga mempertimbangkan kemasuk-akalan kisah yang diutarakan pasien. Sedangkan mengenai orientasi pasien, dokter bertanya tentang tanggal, bulan, tahun, tempat, nama, dll.
Kelima. Kemampuan intelektual umum: Misalnya, dokter mengajukan pertanyaan sambil berguyon (atau sambil serius) mengenai berita-berita teraktual di televisi, atau bisa juga tentang gosip, dsb. Pasien juga diberi soal menghitung, misalnya kurangi 100 dengan 7 sampai 5 kali, dan seterusnya.
Keenam. Pemahaman dan pengertian: Misalnya, seberapa mengerti pasien pada dirinya sendiri, seperti tentang penyakit yang sedang dialaminya atau tentang bagaimana pasien melukiskan dirinya sendiri melalui ucapan atau tulisan.
Ketujuh. Pertimbangan dan abstraksi: Pertimbangan dan abstraksi melibatkan serentetan proses otak, yaitu meregistrasi, mengingat kembali, menganalisis, membandingkan, dan mengambil keputusan, misalnya tentang alasan seorang pasien datang ke dokter.
Pemahaman mengenai pemeriksaan status mental harus ada pada diri seorang dokter. Proses memahami pemeriksaan ini ialah berasal dari pengalaman selama menghadapi banyak pasien, tidak dapat diperoleh secara instan dari perkuliahan atau buku-buku.
Title : Pemeriksaan Status Mental
Description : Artikel mengenai status mental mini telah dijelaskan pada artikel yang telah lalu . Maka dari itu, dalam artikel kali ini akan dibahas menge...