Seorang pasien membuat testimonial seperti ini:
Yang terhormat kepada semua dokter yang bertugas di daerah kami. Perkenalkan saya S, seorang penderita kencing manis sejak 12 tahun yang lalu. Saya biasanya memeriksakan diri saya di poliklinik setiap 2 minggu. Di poliklinik di rumah sakit terdekat dari tempat saya tersebut, saya bertemu dengan dokter yang berbeda-beda. Hanya sekitar 8 kali ke poliklinik saya menemui dokter yang sama, setelah itu, dokternya sudah berpindah tugas.
Selama pengalaman saya memeriksakan diri, sedikit banyak saya mempelajari cara setiap dokter berinteraksi dengan pasiennya. Ada dokter yang bertutur ramah dan sopan kepada pasiennya tanpa melihat "penampilan" pasiennya, ada dokter yang bertutur ramah pada orang yang dikenalnya saja, ada dokter yang bertutur keras kepada setiap pasien, bahkan ada dokter yang tidak/sedikit sekali bertutur.
Nah, bagi kebanyakan pasien, tentunya kedekatannya dengan seorang dokter sedikitnya mempengaruhi kondisi kesehatannya. Misal, secara tidak langsung seorang pasien akan mengikuti instruksi pengobatan yang sistematis yang didapatkannya dari penjelasan seorang dokter yang mana dianggapnya dokter tersebut ramah dan dapat dipercaya. Sebaliknya, pasien lupa, acuh, bahkan menolak instruksi seorang dokter yang mana dokter tersebut dianggapnya kurang ramah dan tidak dapat dipercaya. Dengan kata lain, tingkat kepercayaan/kedekatan seorang dokter dengan pasien setidaknya berawal dari interaksi personal selama wawancara medis.
Terkadang pula, seorang dokter tidak hanya kurang ramah dalam menanyai keluhan medis pasien, tetapi juga memiliki kontak mata yang buruk diiringi dengan suara monoton yang tidak motivatif. Bahkan, yang lebih ironis lagi ialah apa yang dokter tersebut suguhkan, yakni hanya berupa kertas resep disertai dengan suara "pasien berikutnya...". Menurut saya, sulit sekali seorang pasien dapat sembuh setelah berobat dengan seorang dokter yang seperti ini. Saya sebagai pasien memang tidak mengerti bagaimana mekanisme obat-obatan yang diresepkan dokter tersebut dapat menyembuhkan pasiennya, tetapi saya merasa jauh lebih bugar setelah berobat dengan dokter yang saya anggap ramah dan cerdas "mengambil" hati pasien, meskipun terkadang obat-obatan yang diberikan itu-itu saja.
Oleh karena itu, menurut saya, pasien datang berobat/memeriksakan diri bukan hanya untuk meminta obat dari dokter melainkan juga ingin mendapatkan dukungan moral/psikologis dari seorang ahli yang sejak zaman dahulu amat didewakan tersebut.
Title : Yang Dijanjikan Tidak Sekedar Tatalaksana
Description : Seorang pasien membuat testimonial seperti ini: Yang terhormat kepada semua dokter yang bertugas di daerah kami. Perkenalkan saya S, seorang...