Uremia
Penderita penyakit ginjal kronik harus menjaga diet agar tidak kelebihan protein karena protein yang berlebih tidak disimpan dalam tubuh tapi dipecah menjadi urea dan substansi nitrogen lain, yang terutama diekskresikan melalui ginjal. Selain itu makanan tinggi protein yang mengandung ion hidrogen, fosfst, dan sulfat, dan ion anorganik juga diekskresikan melalui ginjal. Oleh karena itu, pemberian diet tinggi protein pada pasien penyakit ginjal kronik akan mengakibatkan penimbunan substansi nitrogen dan ion anorganik lain, dan mengakibatkan gangguan klinis dan metabolik yang disebut uremia. Dengan demikian, pembatasan asupan protein akan mengakibatkan berkurangnya sindrom uremik.
Hiperfiltrasi glomerulus
Meskipun patofisiologi penyakit ginjal kronis pada mulanya bergantung pada penyakit yang mendasari, tetap saja akhirnya proses yang terjadi kurang lebih sama.
Apapun etiologinya, tetap saja terjadi pengurangan massa ginjal. Massa ginjal yang berkurang akan mengakibatkan nefron yang masih tersisa berkompensasi dengan hipertrofi dalam hal struktur dan hiperaktif dalam hal fungsi. Hiperaktif dari nefron menyebabkan hiperfiltrasi, peningkatan tekanan kapiler, dan hipervaskularisasi pada glomerulus. Namun, upaya kompensasi ini berlangsung singkat, pada akhirnya terjadi maladaptasi berupa sklerosis pada nefron yang terlalu “giat” bekerja. Akibatnya, penurunan fungsi nefron secara progresif terjadi sekalipun penyakit yang mendasari mampu dikendalikan. Pada keadaan dimana fungsi ginjal sudah amat turun (LFG ≤ 60 ml/mnt) sedangkan hiperfiltrasi glomerulus tetap terjadi pada nefron yang masih tersisa, pembatasan asupan protein dianjurkan.
Gangguan metabolisme fosfat dan kalsium
Pada keadaan tertentu yang tentunya tidak diharapkan seperti nilai LFG < 30, pasien telah memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang sangat nyata seperti anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, priritus, mual, muntah, dan lain sebagainya. Pada keadaan ini ginjal tidak mampu membuang cukup fosfat dari darah, mengakibatkan level fosfat dalam darah terlalu tinggi (hiperfosfatemia). Hiperfosfatemia dapat menyebabkan hiperparatiroidisme. Tingginya kadar fosfat mengakibatkan hilangnya kalsium pada tulang sehingga tulang menjadi lemah, bahkan mudah patah. Oleh karena itu makanan-makanan yang mengandung banyak fosfor seperti susu, keju, pudding, yogurt, es krim, cola, dan cokelat perlu dibatasi bahkan dihindari. Pembatasan diet rendah fosfat sejalan dengan diet pada pasien penyakit ginjal kronik secara umum yaitu, tinggi kalori, rendah protein, dan rendah garam, karena fosfat sebagian besar terkandung dalam daging dan produk hewan seperti telur dan susu. Pemberian pengikat fosfat dan bahan kalsium memetik (suplementasi vitamin D) juga sering diberlakukan pada penderita untuk keseimbangan fosfor dan kalsium dalam tubuh, serta secara tidak langsung berguna pula untuk mencegah hiperparatiroidisme.
Keterkaitan Penyakit Ginjal Kronik dengan Penyakit Lain
Pada keadaan di mana hipertensi merupakan penyebab penyakit ginjal kronik pada penderita, asupan natrium harus dibatasi. Selain hipertensi, penyulit yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam hal terapi diet adalah keadaan malnutrisi. Status gizi kurang masih banyak dialami penderita penyakit ginjal kronik. Penelitian keadaan gizi penderita dengan Tes Kliren Kreatinin (TKK) ≤ 25 ml/mnt yang diberikan terapi konservatif di Poliklinik Ginjal Hipertensi RSCM, dijumpai 50 % dari 14 pasien dengan status gizi kurang. Faktor penyebab gizi kurang antara lain adalah asupan makanan yang kurang sebagai akibat dari tidak nafsu makan, mual dan muntah.
Title : Hal-Hal Pada Penyakit Ginjal Kronik Berkaitan Dengan Diet yang Akan Diberikan
Description : Uremia Penderita penyakit ginjal kronik harus menjaga diet agar tidak kelebihan protein karena protein yang berlebih tidak disimpan dalam tu...