Public Health Education (PHE)
Pendidikan Kesehatan*
Mariatul Fadilah dr. MARS
Dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, maka intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku yang merupakan faktor kedua terbesar setelah faktor lingkungan ( Blumm : 1974) menjadi hal yang sangat strategis. Intervensi terhadap faktor perilaku ini secara garis besar dapat dilakukan melalui dua upaya yang saling bertentangan.
Masing-masing kedua upaya tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Kedua upaya tersebut dilakukan melalui:
- Tekanan (enforcement) yaitu dalam bentuk undang-undang atau peraturan (law enforcement, instruksi-instruksi, tekanan-tekanan (fisik atau non fisik), sanksi-sanksi dan sebagainya.
- Edukasi (education) yaitu dengan cara persuatif, argumentatif, bujukan,himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran, dan sebagainya melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai pendidikan kesehatan karena memiliki keuntungan berupa kelanggengan suatu perilaku akan tetap dilaksanakan apabila berhasil diadopsi masyarakat namun juga memiliki kesulitan yaitu membutuhkan waktu yang relatif lama dibandingkan bila memakai upaya tekanan (enforcement).
Pada konsep Blumm yang menjelaskan bahwa derajat kesehatan itu dipengaruhi oleh empat faktor utama maka pendidikan kesehatan adalah sebuah intervensi terhadap faktor perilaku (konsep Green) maka kedua konsep tersebut dapat diilustrasikan seperti pada gambar 1 hubungan status kesehatan , perilaku, dan pendidikan kesehatan.
*disampaikan oleh……
Definisi
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan pelaku pendidikan.
Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan:
a.input adalah sasaran pendidikan ( individu, kelompok, masyarakat), dan pendidik (pelaku pendidkan)
b. proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain)
c. output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku).
Sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam bidang kesehatan. Hasil atau output yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan disini adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif.
Perubahan perilaku yang belum atau belum kondusif ke perilaku kondusif mengandung hal-hal berikut ini:
- perubahan perilaku
Perubahan perilaku-perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesehatan menjadi perilaku yang sesuai dengan perilaku kesehatan, atau dari perilaku negatif menjadi perilaku yang positif.
- pembinaan perilaku
Pembinaan disini terutama ditujukan kepada perilaku masyarakat yang sudah sehat agar dipertahankan, artinya masyarakat yang sudah mempunyai perilaku hidup sehat (healthy life style) tetap dilanjutkan atau dipertahankan.
- pengembangan perilaku
Pengembangan perilaku sehat ini terutama ditujukan untuk membiasakan hidup sehat bagi anak-anak. Perilaku sehat pada anak seyogyanya dimulai sedini mungkin, karena kebiasaan perawatan terhadap anak termasuk kesehatan yang diberikan oleh orang tua akan langsung berpengaruh kepada perilaku sehat anak selanjutnya.
Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara konsep, pendidikan kesehatan adalah upaya yang mempengaruhi, dan atau mengajak orang lain, baik individu,kelompok masyarakat, agar melaksanakan perilaku hidup sehat. Sedangkan secara operasional, pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
Sesuai dengan tiga faktor penyebab terbentuknya perilaku tersebut diatas (Green 1980), maka seyogyanya kegiatan pendidikan kesehatan juga ditujukan kepada tiga faktor berikut:
- pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi dalam hal ini pendidikan kesehatan ditujukan untuk mengubah kesadaran dari memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan baik bagi dirinya sendiri,keluarganya, maupun masyarakatnya. Di samping itu dalam konteks ini pendidkan kesehatan juga memberikan pengertian-pengertian tentang tradisi, kepercayaan masyarakat dan sebagainya, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan kesehatan. Bentuk pendidikan ini antara lain: penyuluhan kesehatan, pameran kesehatan, iklan-iklan layanan kesehatan, spanduk, billboard, dsb.
- Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor “enabling”
Karena faktor-faktor pemungkin (enabling) ini berupa fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan, maka bentuk pendidikan kesehatannya adalah memberdayakan masyarakat agar mereka mampu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan bagi mereka. Hal ini bukan berarti memberikan srana dan prasarana kesehatn dengan cuma-cuma, tetapi memberikan kemampuan dengan cara bantuan tekhnik (pelatihan dan bimbingan), memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana untuk pengadaan sarana dan prasarana. Pemberian fasilitas ini dimungkinkan hanya sebagai percontohan (pilot project). Prinsip pendidikan kesehatan dalam kondisi seperti ini adalah “give a man to fish, but not give man a fish” (memberikan pancingnya untuk memperoleh ikan, bukan memberikan ikannya). Bentuk pendidikan yang sesuai dengan prinsip ini antara lain: pengembangan dan pengorganisasian masyarakat (PPM), upaya peningkatan pendapatan keluarga (income generating), bimbingan koperasi dan sebagainya yang memungkinkan tersedianya polindes, pos obat desa, dana sehat, dsb.
c. pendidikan kesehatan dalam faktor “reinforcing”karena faktor ini menyangkut sikap dan perilaku tokoh masyarakat dan tokoh agama serta petugas termasuk petugas kesehatan maka pendidikan kesehatan yang paling tepat adalah dalam bentuk pelatihan-pelatihan bagi tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan sendiri. Tujuan utama pelatihan ini adalah agar sikap dan perilaku dapat menjadi teladan, contoh, acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat (berperilaku hidup sehat). Di samping itu upaya-upaya agar pemerintah, baik pusat maupun daerah (propinsi,kabupaten, kecamatan, kelurahan) mengeluarkan undang-undang atau peraturan yang dapat menunjang perilaku hidup sehat bagi masyarakat.
Pendidikan kesehatan sebagai bagian atau cabang dari ilmu kesehatan, mempunyai dua sisi yakni sisi ilmu dan seni. Dari sisi seni, praktisi dan aplikasi, pendidikan kesehatan merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain. Artinya setiap program kesehatan misalnya pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sanitasi lingkungan, kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan, dan sebagainya, perlu ditunjang atau dibantu oleh pendidikan kesehatan (di Indonesia sering disebut penyuluhan kesehatan). Hal ini esensial, karena masing-masing program tersebut mempunyai apek perilaku masyarakat yang perlu dikondisikan dengan pendidikan kesehatan.
Dari pengalaman bertahun-tahun pelaksanaan pendidikan ini, baik dinegara maju maupun negara berkembang mengalami berbagai hambatan dalam rangka pencapaian tujuannya, yakni mewujudkan perilaku hidup sehat bagi masyarakatnya. Hambatan yang paling besar dirasakan adalah faktor pendukungnya (enabling faktor). Dari penelitian-penelitian yang ada terungkap, meskipun kesadaran dan pengetahuan masyarakat sudah tinggi tentang kesehatan, namun praktek (practice) tentang kesehatan atau perilaku hidup sehat masyarakat masih rendah. Setelah dilakukan pengkajian oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terutama dinegara-negara berkembang, ternyata faktor pendukung atau sarana-prasarana tidak mendukung masyarakat untuk berperilaku hidup sehat. Misalnya : meskipun kesadaran dan pengetahuan orang atau masyarakat tentang kesehatan (misalnya : sanitasi lingkungan, gizi, imunisasi, pelayanan kesehatan dan sebagainya) sudah tinggi, tetapi apabila tidak didukung oleh fasilitas yaitu tersedianya jamban sehat, air bersih, makanan yang bergizi, fasilitas imunisasi, pelayanan kesehatan dan sebagainya, maka mereka sulit untuk mewujudkan perilaku tersebut.
Oleh sebab itu WHO pada awal tahu 1980-an menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tidak mampu mencapai tujuannnya, apabila hanya memfokuskan pada upaya-upaya perubahan perilaku saja. Pendidikan kesehatan harus mencakup pula upaya perubahan perilaku lingkungan (fisik dan sosial budaya, politik, ekonomi dan sebagainya ) sebagai penunjang atau pendukung perubahan perilaku tersebut. Sebagai perwujudan dari perubahan konsep pendidikan kesehatan secara oganisasi struktural, maka pada tahun 1984, Divisi promosi dan pendidikan kesehatan (Division on Health Promotion and Education). Sekitar 16 tahun kemudian, yakni awal tahun 2000 Departemen Kesehatan RI baru dapat menyesuaikan konsep WHO ini dengan mengubah Pusat Penyuluhan Kesehatan Mayarakat (PKM) menjadi direktorat Promosi kesehatan, dan sekarang berubah menjadi Pusat Promosi Kesehatan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan pada masa lalu. Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku.
Proses Belajar di Dalam Pendidikan Kesehatan
Pendidikan tidak terlepas dari proses belajar. Oleh karena pendidikan kesehatan juga merupakan proses pendidikan yang tidak lepas dari proses belajar, maka perlu pula dibahas mengenai prinsip-prinsip dan teori-teori proses belajar. Di dalam belajar akan tercakup hal-hal berikut ini , yaitu:
1. Latihan
2. Menambah/memperoleh tingkah laku baru.
Kegiatan belajar mengandung cirri-ciri sebagai berikut:
a. belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang sedang belajar, baik actual maupun potensial;
b. perubahan tersebut pada pokoknya didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relative lama
c. perubahan-perubahan itu terjadi karena usaha, bukan karena proses kematangan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar.
Didalam proses belajar terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai faktor, antara lain subjek belajar, pengajar atau fasilitator belajar, metode yang digunakan, alat Bantu belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari.
Beberapa ahli pendidikan, antara lain J. Guilbert, mengelompokkan factor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ini ke dalam empat kelompok besar yaitu: factor materi, lingkungan, instrumental, dan factor individual subjek belajar.
Metode dan Alat Bantu Pendidikan Kesehatan
Dibawah ini akan disebutkan beberapa metode pendidikan kesehatan yaitu:
1. Metode pendidikan individual (perorangan)
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and councelling)
b. Interview
2. Metode pendidikan kelompok
a. Kelompok besar
i. Ceramah
ii. Seminar
b. Kelompok kecil
i. Diskusi kelompok
ii. Curah pendapat (brain storming)
iii. Bola salju (snow bolling)
iv. Kelompok-kelompok kecil (buzz group)
v. Memainkan peran (role play)
vi. Permainan simulasi (simulation game)
3. Metode pendidikan massa
a. Ceramah umum (public speaking)
b. Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik.
c. Simulasi
d. Sinetron
e. Tulisan-tulisan di majalahatau Koran dalam bentuk artikel atau Tanya jawab.
f. Billboard, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya.
Sedangkan alat Bantu/peraga/media pendidikan kesehatan yang dapat digunakan yaitu:
1. Alat Bantu visual (visual aids)
a. Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip dan sebagainya
b. Alat-alat yang tidak diproyeksikan, misalnya
i. Dua dimensi, gambar peta, bagan, dan sebaginya
ii. Tiga dimensi, misalnya bola dunia, boneka, dan sebaginya
2. Alat Bantu dengar (audio aids), misalnya pring hitam, radio, pita suara, dan sebagainya
3. Alat bantu lihat-dengar, seperti televisi, dan video cassete. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan audio visual aids.
Didalam upaya pendidikan kesehatan, terdapat sub bidang keilmuan pendidikan kesehatan yaitu:
1. Komunikasi
Komuniaksi diperlukan untuk mengkondisikan faktor-faktor predisposisi. Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa. Tujuan utama komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan masyarakat.
Bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam program-program kesehatan masyarakat adalah komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) dan komunikasi massa (mass communication).
a.Komunikasi Antar Pribadi
Adalah komunikasi langsung, tatap muka antara satu orang dengan orang lain baik perorangan maupun kelompok. Komunikasi ini tidak melibatkan kamera, artis, penyiar, atau penulis skenario.
Komunikasi antar pribadi dapat efektif bila memenuhi tiga hal di bawah ini, yaitu:
1 empathy, yakni menempatkan diri pada kedudukan orang lain (orang yang diajak berkomunkasi)
2. Respect terhadap perasaan dan sikap orang lain
3. Jujur dalam menanggapi pertanyaan orang lain yang diajak berkomunikasi.
Metode komunikasi antar pribadi yang paling baik adalah konseling (councelling), karena di dalam cara ini antara komunikator atau konselor dengan komunikan atau klien terjadi dialog. Klien dapat lebih terbuka menyampaikan masalah dan keinginan-keinginannya, karena tidak ada pihak ketiga yang hadir. Proses konseling ini dapat diingat secara mudah dengan akronim ini.
G Greet clients warmly (menyambut klien dengan hangat)
A Ask clients about themselves (menyanyakan tentang keadaan mereka)
T Tell clients about their problem (menanyakan masalah-masalah yang mereka hadapi)
H Help clients solve their problem (membantu pemecahan masalah yang mereka hadapi)
E Explain how to prevent to have the same problem (menjelaskan bagaimana mencegah terjadinya masalah yang sama)
R Return to follow-up (melakukan tindak lanjut terhadap konseling)
b. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah penggunaan media massa untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kepada khalayak atau masyarakat. Komunikasi di dalam kesehatan masyarakat berarti meyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada masyarakat melalui berbagai media massa (TV, radio, media cetak, dsb.), dengan tujuan agar masyarakat berperilaku hidup sehat.
Di dalam perkembangan selanjutnya komunikasi massa tidak hanya terbatas pada penggunaan media cetak dan media elektronik saja, melainkan mencakup juga penggunaan media tradisional. Komunikasi massa dengan menggunakan media tradisional ini tampaknya lebih efektif, karena erat dengan sosial budaya masyarakat setempat. Menyisipkan pesan-pesan kesehatan melalui wayang kulit di daerah Jawa Tengah dan Yokyakarta, atau melalui wayang golek di Jawa Barat, akan lebih efektif dari pada melalui TV Spot atau Radio Spot.
2. Dinamika kelompok
Dinamika kelompok diperlukan dalam mengkondisikan faktor-faktor predisposisi perilaku kesehatan, dan harus dikuasai oleh setiap petugas kesehatan.
3. Pengembangan dan pengorganisasian masyarakat (PPM)
Untuk memperoleh perubahan perilaku yang efektif diperlukan faktor faktor pendukunh yang berupa sumber-sumber dan fasilitas yang memadai yang digali dan dikembangkan dari masyarakat itu sendiri, oleh karena itu ilmu ini sanagt diperlukan.
4. Pengembangan kesehatan masyarakat desa (PKMD)
PKMD pada dasarnya adalah bagain dari PPM. Bedanya, PKMD ini lebih mengarah kepada kesehatan.
5. Pemasaran sosial
Untuk memasyarakatkan produksi kesehatan, baik yang berupa peralatan, fasilitas maupun jasa-jasa pelayanan, diperlukan usaha pemasaran. Pemasaran sosial diperlukan untuk intervensi pada faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor pendorong dalam perubahan perilaku masyarakat.
6. Pengembangan organisasi
Agar institusi kesehatan sebagai organisasi pelayanan kesehatan dan organisasi-organisasi masyarakat mampu berfungsi sebagai faktor pendukung dan pendorong perubahan perilaku kesehatan masyarakat, maka perlu dinamisasi dari organisasi-organisasi tersebut.
7. Pendidikan dan pelatihan
Di tengah-tengah masyarakat petugas kesehatan menjadi panutan di bidang esehatan. Oleh karena itu mereka harus memiliki sikap dan perilaku yang positif, dan merupakan pendorong atau penguat perilaku sehat di masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut, maka petugas kesehatan dan para petugas lain harus memperoleh pendidikan dan pelatihan khusus tentang kesehatan dan ilmu perilaku.
8. Pengembangan media (teknologi pendidikan kesehatan)
Dalam proses pendidikan kesehatan agar diperoleh hasil yang efektif diperlukan alat bantu atau media pendidikan. Fungsi media dalam pendidikan adalah sebagai alat peraga untuk menyampaikan informasi atau pesan-pesan tentang kesehatan.
9. Perencanaan dan evaluasi pendidikan kesehatan
Untuk mencapai tujuan program dan kegiatan yang efektif dan efisien diperlukan perencanaan dan evaluasi. Perencanaan dan evaluasi program pendidikan kesehatan mempunyai kekhususan bila dibandingkan dengan evaluasi program kesehatan yang lain. Hal ini terjadi karena tujuan program pendidikan sebagai indikator keberhasilan program pendidikan kesehatan adalah perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku sasaran yang memerlukan pengukuran khusus. Oleh sebab itu untuk evaluasi secara umum, mereka perlu diberikan perencanaan dan evaluasi pendidikan kesehatan.
10. Antropologi kesehatan
Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya. Untuk melakukan pendekatan perubahan perilaku kesehatan, petugas kesehatan harus menguasai berbagai macam latar belakang sosial budaya masyrakat yang bersangkutan. Oleh sebab itu petugas kesehatan harus menguasai antropologi kesehatan.
11. Sosiologi kesehatan
Latar belakang sosial, struktur sosial, dan ekonomi mempunyai pengaruh terhadap perilaku kesehatan masyarakat. Petugas kesehatan juga perlu mendalami aspek-aspek sosial masyarakat. Oleh karena itu mereka pun harus menguasai sosiologi kesehatan.
12. Psikologi sosial
Psikologi merupakan dasar dari ilmu perilaku. Untuk memahami perilaku individu, kelompok atau masyyarakat, maka orang harus mempelajari psikologi. Dalam memahami perilaku masyarakat, psikologi sosial sangat diperlukan. Oleh sebab itu semua petugas kesehatan harus menguasai psokologi sosial.
---- ))))((((----