STATUS ASTHMATICUS
Alfredo Armando Parensyah
Definisi
Serangan asma berat yang tidak merespon dengan baik obat adrenergik dan berhubungan dengan tanda dan gejala dari gagal napas potensial (Heihachi).
Status asmatikus adalah eksaserbasi akut dari penyakit asma yang tidak merespon pengobatan standar bronkodilator dan steroid (wiki).
Kegawatdaruratan medis dimana gejala asma sulit disembuhkan dengan bronkodilator di departemen emergensi (emedicine)
Klasifikasi Asma Akut
| Astma ringan | Asthma sedang | Asthma berat |
Sesak napas | Waktu berjalan Bisa berbaring | Waktu berbicara Lebih suka duduk | Saat istirahat Duduk membungkuk |
Berbicara | Kalimat | Kata-kata | Kata demi kata |
Kesadaran | Mungkin agitasi | Biasanya agitasi | Biasanya agitasi |
RR | < 20 x | 20 – 30 x | > 30 x / menit |
Nadi | < 100 kali/menit | 100-120 x/menit | > 120 kali/menit |
Pulsus paradoksus | Tidak ada | Mungkin ada | Biasanya ada |
Otot bantu napas | Biasanya tidak | Biasanya ada | Biasanya ada |
Mengi | Akhir ekspirasi | Akhir ekspirasi | Sepanjang ekspirasi |
| Astma ringan | Asthma sedang | Asthma berat |
APE % terhadap standard | > 70-80% | 50 - 70% | < 50% |
PO2 | Normal | > 60 mmHg | < 60 mmHg (mungkin sianosis) |
PCO2 | < 45 mmHg | < 45 mmHg | > 45 mmHg |
SO2 | > 95% | 91-95% | < 90% |
Epidemiologi
Jenis kelamin: Laki-laki > perempuan
Usia: status asmatikus dapat terjadi pada setiap usia. Angka kematian lebih tinggi pada anak yang masih sangat muda dan pada usia lanjut.
Etiologi
Infeksi respiratorius (penyebab eksaserbasi tersering)
Terpapar alergen
Olah raga
cuaca, udara dingin dan kering, perubahan musim, perubahan signifikan pada kelembaban
polusi udara
penggunaan Aspirin
Yellow dyes, particularly tartrazine, found in yellow gelatins
Terpapar partikel organik
Iritan kimia
Risiko tinggi terkena asma berat
Sedang / baru saja lepas dari pemakaian steroid sistemik
Mempunyai riwayat rawat inap dlm waktu 12 bulan terakhir
Riwayat intubasi karena asma
Mempunyai masalah psikososial atau psikiatri
Ketidaktaatan pengobatan asma
Patogenesis
Pada orang dengan asma akut, bronkospasme muncul sebagai akibat dari satau atau lebih faktor pemicu seperti infeksi saluran napas atas oleh virus, respon alergi terhadap alergen, eksposur terhadap iritan, atau olahraga berat pada lingkungan yang dingin.
Inflamasi dapat muncul sebagai akibat dari: Infeksi; respon limfosit, sel mast, eosinofil, atau neutrofil; dan kerusakan epitel pada airway.
Faktor risikoà peradangan à obstruksi jalan napas (airway) à pertukaran udara tidak adekuat à hipoksemia à hipoksia à respon tubuh terhadap hipoksia (takikardia, takipneu, penggunaan otot bantu napas)
Manifestasi klinis
Takikardia: obstruksi à suplai oksigen kurang à kompensasi tubuhà takikardi
Takipnue: obstruksi à suplai oksigen kurang à kompensasi tubuh à takipneu
Mengi
Inflamasi à penyempitan jalan napas à gesekan udara dengan saluran napas yang sempit à timbul suara mengi
Tidak begitu sadar
Hipoksia berlangsung cukup lama à hipoksia otak à penurunan kesadaran
Pemakaian otot bantu napas
Obstruksi airway à usaha tubuh untuk mendapatkan udara (O2) à kerja ekstra dari otot bantu pernapasan
Pulsus paradoxus: TD berkurang saat inhalasi dan meningkat saat ekshalasi.
Sumbatan jalan nafas menyebabkan peningkatan tahanan jalan nafas yang tidak merata di seluruh jaringan bronkus, menyebabkan tidak padu padannya ventilasi dengan perfusi (ventilation-perfusion mismatch). Hiperinflasi paru menyebabkan penurunan compliance paru, sehingga terjadi peningkatan kerja nafas. Peningkatan tekanan intrapulmonal yang diperlukan untuk ekspirasi melalui saluran nafas yang menyempit, dapat makin mempersempit atau menyebabkan penutupan dini saluran nafas, sehingga meningkatkan resiko terjadinya pneumotoraks. Peningkatan tekanan intratorakal mungkin mempengaruhi arus balik vena dan mengurangi curah jantung yang bermanisfestasi sebagai pulsus paradoksus.
Ciri Asma mengancam jiwa
Tidak begitu sadar
Pemakaian otot bantu napas
Pergerakan torako abdominal yang paradoksal
Tidak ada mengi
Bradikardi
Tidak ada pulsus paradoksus (otot napas sudah lelah)
Penegakkan Diagnosis
Anamnesis
Riwayat penyakit asma
Infeksi saluran napas
Riwayat terpapar alergen
Penggunaan obat-obatan
Pemeriksaan fisik
Perubahan kesadaran
Fatigue
upright posture
diaphoresis
penggunaan otot bantu napas
Frekuensi nadi (takikardia)
Frekuensi napas (takipneu)
Pulsus paradoxus
Obstruksi pada sal napas atas (epiglotitis, angioedema)
Peak Expiratory Flow Rate (PEFR): jika pasien tidak terlalu sesak napas. Merupakan pengukur tingkat keparahan asma yang paling baik. Diuukur menggunakan peak flow meter: sebuah alat kecil untuk menilai kemampuan pasien menghembuskan napas (mengukur aliran udara yang melewati bronkus, sehingga dapat mengukur tinggkat obstruksi)
Pemeriksaan penunjang
Tekanan CO2. peningkatan tekanan CO2 mengindikasikan penyempitan jalan napas yang berat sehingga kebutuhan ventilasi tidak bisa terpenuhi.
APE atau FEV1
Saturasi O2
Chest X-ray: biasanya tidak membantu.
Dilakukan apabila diagnosis meragukan, pasien berisiko tinggi (IVDU, penyakit paru kronis, immunosuppressed), atau jika dicurigai adanya komplikasi (pneumotoraks)
TATALAKSANA
Pengelolaan Serangan Asma di Rumah Sakit Menurut GINA
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|  |
|
|
|  |
|
|
| Serangan Asma Berat : - APE < 50% nilai terbaik - Pemeriksaan fisik sama berat saat istirahat - Riwayat pasien resiko tinggi - Inhalasi Agonis b-2 tiap jam atau kontinue inhalasi anti kolinergik - Oksigen - Kortikosteroid sistemik - Pertimbangan Agonis b - 2 Sc, IM atau IV | |
|
| Serangan Asma Sedang : - APE 5–70% dari nilai yg diperkirakan nilai terbaik - Pemeriksaan fisik Asma sedang, otot bantu - Inhalasi Agonis b - 2 setiap 60’ - Pertimbangkan kortikosteroid - Ulangi pengobatan 1 – 3 jam | |
|
|
|  |
Masuk ICU
§ Inhalasi agonis b2 dengan/tanpa inhalasi antikolinergik
§ Kortikosteroid IV
§ Pertimbangan pemberian agonis B2 subkutan, i.m/i.v
§ Oksigen
§ Pertimbangkan aminofilin intravena
§ Bila memungkinkan dilakukan intubasi dan ventilasi mekanik
Prognosis
Secara umum, dan tanpa adanya penyakit penyebab komplikasi seperti CHF atau COPD, satus asmaticus dengan penanganan yang tepat prognosisnya baik. Keterlambatan dalam memulai tatalaksana merupakan faktor yang memperburuk prognosis.
mortalitas 1-3%
77 dari 90 kasus bisa dicegah
Faktor-faktor penyebab kematian
§ Diagnosis tidak tepat
§ Penilaian beratnya asma tidak akurat
§ Pengobatan kurang memadai
Komplikasi
§ Cardiac arrest
§ Gagal pernapasan atau Respiratory arrest
§ Hipoksemia dengan injuri SSP sikemik hipoksik
§ Pneumothorax atau pneumomediastinum
§ Kercaunan dari pengobatan
KDU
Status asthmaticus: 3B
Asma bronkial: 4