1. Pengertian dan Prevalensi
Malabsorpsi didefinisikan sebagai keadaan terdapatnya gangguan pada proses absorpsi (penyerapan) dan digesti (pencernaan) secara normal pada satu atau lebih zat gizi.1 Pada umumnya, pasien datang dengan diare kronik karena pada kelainan ini ada nutrisi yang tidak terabsorpsi sehingga feses tidak terbentuk sebagaimana mestinya. Karena itu penelitian mengenai malabsorpsi di Indonesia banyak dikaitkan dengan diare.
Mustajab dkk di Manado mendapatkan angka intoleransi laktosa sebesar 63,2% pada anak dengan diare, Hegar dkk di Jakarta mendapatkan angka 3,1%, sedangkan Sunoto dkk mendapatkan angka intoleransi laktosa sebanyak 40% pada anak dengan diare kronik. Dari beberapa penelitian pada bayi dan anak yang menderita diare yang dirawat di Bangsal Gastroenterologi Unit Anak RSCM/FKUI antara tahun 1971-1977 dan 1979-1980, Suharyono mendapatkan angka kejadian malabsorpsi lemak sebesar 57%, sedangkan Hegar dkk mendapatkan hasil 43,6%.2
Tabel 1. Penyakit yang berhubungan dengan malabsorpsi dan maldigesti pada satu atau lebih bahan diet.1
Penyakit Pencernaan | Contoh Penyakit |
Insufisiensi eksokrin pankreas | Pankreatitis kronis Karsinoma pankreas |
Insufisiensi asam empedu
| Overgrowth bakteri usus halus Penyakit Chron pada ileum terminalis |
Penyakit usus halus · Kelainan mukosa
· Kelainan absorpsi spesifik | Sprue celiac Sprue collagen Sprue tropical Penyakit Whipple Enteritis radiasi Penyakit iskemik Amiloidosis Defisiensi laktase primer Abetalipoproteinemia |
Penyakit limfatik
| Limfangiektasi intestinal |
Kelainan absorpsi campuran | Sindrom Zollinger Ellison Gangguan paska gastrektomi |
Malabsorpsi terutama pada anak-anak dapat menyebabkan terbatasnya cadangan energi untuk beraktivitas, dan dalam jangka panjang akan menyebabkan retardasi pertumbuhan. Bila tidak juga diatasi, dapat berakibat kematian.3
2. Faktor Faktor Penyebab
Tabel 2. Faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya malabsorpsi
Faktor Biologi | Faktor Lingkungan | Faktor Perilaku | Faktor Pelayanan Kesehatan |
· Ras (intoleransi laktose lebih sering terjadi pada orang Asia, Afrika, dan Mediterania) · Jenis Kelamin (penyakit seliak lebih umum menyerang wanita, sedangkan penyakit enteropati autoimun lebih sering menyerang laki-laki karena merupakan X-linked disease · Usia (Neonatus dan bayi muda dengan sindrom malabsorpsi) · Keturunan (penyakit enteropati autoimun misalnya, diturunkan dari orang tua ke anaknya dengan terkait kromosom X)4 | · Pemberian nutrisi parenteral jangka lama
| · Masyarakat menganggap remeh adanya kelainan pada pencernaan dan mengira penyakit tersebut akan sembuh dengan sendirinya. · Keterlambatan orang tua membawa anaknya ke pelayanan kesehatan · Makanan dan cara pemberian makanan (pada bayi dan anak) yang kurang baik · Kurangnya menjaga kebersihan diri (pada kasus malabsorpsi akibat overgrowth bakteri di usus halus) | · Minimnya pengetahuan petugas kesehatan · Kurangnya program dalam proses skrining awal penyakit. · Kurangnya sarana/prasarana diagnostik dan terapi yang memadai. · Keterlambatan mendiagnosis dan terapi
|
3. Faktor yang Paling Berperan
Faktor yang sangat berperan mempengaruhi terjadinya sindrom malabsorpsi adalah faktor perilaku.
4. Akar-akar Permasalahan
Keterlambatan orang tua membawa anaknya ke pelayanan kesehatan
5. Akar Masalah Utama
Faktor perilaku masyarakat menjadi masalah utama pada kasus malabsorpsi dikarenakan ketidak tahuan masyarakat akan gejala dan bahaya malabsorpsi jika tidak ditanggulangi. Masyarakat cenderung menganggap remeh diare kronik dan mengira penyakit tersebut akan hilang dengan sendirinya. Sehingga kebanyakan penderita baru mancari pertolongan medis bila sudah terjadi komplikasi yang lebih berat. Perlu dilakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menyelesaikan amasalah tersebut, diantaranya dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit malabsorpsi.
6. Rencana Program Kegiatan,
Pilihan program untuk meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan antara lain :
a. Melakukan audiensi kepada pihak pemerintah setempat, instansi swasta dan tokoh masyarakat dalam mencari dukungan baik dari segi dana/finansial maupun legalitas.
b. Memberikan edukasi kepada petugas kesehatan mengenai skrining awal, cara penegakan diagnosis dan penatalaksanaan sindrom malabsorpsi.
- Persiapan tim pemberi edukasi
- Menetapkan tempat dan waktu yang tepat untuk memberikan edukasi
- Menentukan masyarakat yang menjadi prioritas edukasi
- Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat melalui penyuluhan, penyebaran selebaran dan pemasangan spanduk serta poster.
Dari program kerja diatas, alternatif terbaik dalam mengatasi kasus malabsorpsi adalah dengan memberi edukasi kepada masyarakat mengenai cara pencegahan, gejala, kapan harus meminta pertolongan medis, serta komplikasi yang terjadi bila penyakit ini tidak segera ditanggulangi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fahrial, Ari. Malabsorpsi. In: Sudoyo AW, Settiyohadi B, Alwi I, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2006. hal. 312-313
3. Sood MR. Disorders of Malabsorption. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi 18. Philadelphia: Elsevier Inc; 2008. chapter 335.
4. Guandalini S, Frye RE, Tamer MA. Malabsorption syndromes. 2008. [diakses tanggal 18 Mei 2010]. Dalam: www.emedicine.com/ malabsorption syndromes/article.html