| 
 DEPARTEMEN IKA RSMH PALEMBANG 
 | Demam Tifoid | Kode ICD : A01-A02 | 
  | No Dokumen …………. | No.Revisi …………….. | Halaman : | 
  | 
 Panduan Praktek Klinis | 
 Tanggal Revisi ……………….. | Ditetapkan Oleh, Ketua Divisi Infeksi Dr.   Yulia Iriani, Sp.A 
 | 
  | 
 Definisi   
 | 
 Demam tifoid adalah suatu   penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella   typhii 
 | 
  | 
 
  Etiologi 
 | Salmonella typhii ,   bakteri Gram-negatif mempunyai antigen somatik (O) terdiri dari oligosakarida,   flagelar antigen (H) terdiri dari protein, envelope antigen  terdiri dari polisakarida, dan endotoksin terdiri dari lipopolisakarida.   Plasmid faktor –R berhubungan dengan resistensi terhadap multipel   antibiotik   
 | 
  | 
 
 
 
 
 
 Patogenesis 
 | Terdiri dari 4 proses   kompleks mengikuti ingesti organisme yaitu, : (1)    Penempelan dan invasi sel-sel M Peyer’s patch (2)    Multiplikasi bakteri di makrofag Peyer’s patch, nodus   limfatikus mesenterikus, dan organ-organ ekstra intestinal RES (3)    Bakteri bertahan hidup dalam aliran darah (bakteremia) (4)    Produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar cAMP di   dalam kripta usus dan menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumen   intestinal  Masa inkubasi antara   5-40 hari degan rata-rata 10-14 hari 
 | 
  | 
 
 
 
 
 Anamnesis 
 | Demam lebih dari  7 hari. Demam timbul insidius, naik        secara bertahap setiap hari, mencapai suhu tertinggi pada akhir minggu        pertama, setelah itu demam bertahan tinggi, pada minggu keempat demam        turun perlahan secara lisis (step-ladder temperature chart)Anak sering mengigau (delirium),        malaise, letargiGangguan        GIT: anoreksia, muntah, nyeri perut,  konstipasi/diare, kembung, bau nafas        tak sedap
 Pada demam tifoid berat dapat dijumpai penurunan        keasadaran, kejang, dan ikterus
 | 
  | 
 
 
 
 
 Pemeriksaan fisik 
 
 | Gejala klinis bervariasi dari        ringan sampai berat dengan         komplikasiKesadaran menurun mulai apatis        sampai koma, delirium. Pada demam tifoid berat anak tampak toksikBradikardi relatif jarang        dijumpai pada anakRhagaden, typhoid tongue        (bagian tengah kotor dengan tepi hiperemis)Meteorismus, hepatomegali lebih        sering dijumpai dibandingkan splenomegali
 | 
  | ] 
 
 Kriteria Diagnosis | Apabila        ditemukan gejala klinis seperti di atas, seorang klinisi dapat membuat        diagnosis tersangka demam tifoid Diagnosis        pasti apabila ditemukan : Salmonella typhii (+) pada biakan        darah, urine atau feses dan atau pemeriksaan serologis didapatkan titer        O Ag ≥ 1/200 atau meningkat lebih dari 4 kali dalam interval 1 minggu        (titer fase akut ke fase konvalesens)
 
 | 
  | 
 Diffrential diagnosis 
 
 | Stadium        dini : influenza, gastroenteritis, bronkitis, bronkopneumoniaTuberkulosis,        infeksi jamur sistemik, malariaDemam        tifoid berat : sepsis, leukemia, limfoma
 | 
  | 
 
 
 
 
 
 
 
 
 Pemeriksaan Penunjang | -       Anemia,   umumnya terjadi karena supresi sumsum tulang, defisiensi besi, atau perdarahan   usus -       Aneosinofilia -       Leukopenia -       Limfositosis   relatif -       Trombositopenia -         Serologi Widal titer O Ag ≥ 1/200 atau meningkat   lebih dari 4 kali dalam interval 1 minggu (titer fase akut ke fase   konvalesens) -         Kadar IgM dan IgG (Typhii-dot) -         Biakan darah terutama pada minggu 1-2 dari perjalanan   penyakit -         Biakan dari urine atau feses kemungkinan keberhasilan   lebih kecil dibandingkan biakan darah Pemeriksaan        radiologis : foto abdomen bila diduga terjadi komplikasi intra        intestinal (perforasi usus, perdarahan saluran cerna)EKG        bila dicurigai miokarditis
 
 | 
  | 
 
 
 
 
 
 
 
 
 Tatalaksana 
 
 | -         Isolasi -       Tirah   baring sampai 7 hari bebas panas lalu mobilisasi secara bertahap -         Bebas   serat tidak merangsang -         Tidak   menimbulkan gas -         Mudah   dicerna -         Tidak   dalam jumlah banyak -         Bila perlu makan personde atau IVFD -         Bubur saring sampai tujuh hari bebas panas, bubur biasa   3 hari, kemudian makan biasa 
 -         Kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari maksimal 2 g/hari,   sampai 7 hari bebas panas, minimal 10 hari 
 
 -         Obat pengganti apabila panas tidak turun dalam 5 hari   dengan pengobatan kloramfenikol*    ·           ampicillin 200 mg/hari dalam 4 dosis, atau ·           trimetoprim-sulfametoxazol 10mg/kgBB/hari (TMP) dan 50   mg/kgbb/hari (SMX) dalam 2 dosis (alergi   penisilin), atau ·           cefixime 15- 20 mg/   kgbb/hari selama 14 hari 
 *Apabila  lekosit <2000 mm="mm" sup="sup">32000> | 
obat diganti dengan ampicillin, 
            atau trimetoprim-sulfametoxazol
, atau cefixime dengan dosis seperti   diatas  -         Kloramfenikol   100 mg/kgBB iv, atau
-         Ceftriaxone   80 mg/kgBB/hari IV dosis tunggal selama 5-7 hari, atau
§    Bila   panas tidak turun dalam 5 hari è pertimbangkan: komplikasi, fokal   infeksi lain, resisten, dosis tidak optimal, diagnosis tidak tepat à pengobatan disesuaikan
§  Pada ensepalopati tifoid diberikan juga dexametason   dengan dosis awal 3 mg/kgBB satu kali, dilanjutkan 1 mg/kg BB/6 jam, sebanyak   8 kali (selama 48 jam), lalu distop tanpa tapering off, reduksi cairan   4/5 kebutuhan, lakukan pemeriksaan elektrolit à cairan disesuaikan dengan hasil pemeriksaan, LP bila   tidak terdapat indikasi kontra, koreksi asam basa (bila perlu)
§  Bila terdapat peritonitis atau perdarahan saluran   cerna: pasien dipuasakan, pasang pipa nasogastrik, nutrisi parenteral,   transfusi darah (atas indikasi), foto abdomen 3 posisi, antibiotik   sefalosporin generasi III parenteral. Bila terjadi perforasi usus: konsultasi   dengan bagian Bedah untuk tindakan laparatomi
§    Pengobatan   penunjang :                                                          
-         Beri cairan iv bila: dehidrasi, KU lemah, tidak   dapat  makan peroral, atau timbul syok 
-         Terapi Demam Tifoid dengan syok sesuai dengan standar penatalaksanaan berdasarkan penyebab   syok . (syok hipovolemik   atau syok sepsis)
-         Transfusi darah bila Hb <6gr atau="atau" bila="bila" gejala="gejala" jelas.="jelas." perdarahan="perdarahan" span="span" style="mso-spacerun: yes;" terdapat="terdapat" yang="yang">       6gr>
  | 
 
 
 
 Edukasi 
 
 | Higiene        perorangan dan lingkungan karena penularan lewat oro-fekalImunisasi        :
 -         Vaksin polisakarida (capsular Vi polysacharide)   usia 2 tahun atau lebih (IM), diulang tiap 3 bulan -         Vaksin tifoid oral (Ty21-a), diberikan pada usia   . 6 tahun dengan interval selang sehari (1,3,5), ulangan setiap 3-5 tahun. Belum   beredar di Indonesia, terutama direkomendasikan untuk turis yang bepergian ke   daerah endemik | 
  | 
 
 
 
 Komplikasi  | Perforasi usus atau perdarahan saluran cernaKolesistitis        akut, kolesistitis kronik berhubungan dengan terbentuknya batu empedu        pada fenomena pembawa kuman (carrier)Ekstra        intestinal : ensefalopati tifoid, hepatitis tifosa, meningitis,        pneumonia, syok septik, pyelonefritis, miokarditis
 | 
  | 
 
 Prognosis | Tergantung        ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan sebelumnya, serta komplikasi
 Relaps        dapat timbul beberapa kali, karier kronik terjadi pada 1-5% penderita        demam tifoid
 
 | 
  | 
 
 
 Daftar kepustakaan 
 
 | Feigin        RD, Demmler GJ, Cherry JD, Kaplan SL. Textbook of pediatric infectious        disease, 5th ed. Philadelphia: WB Saunders: 2004.Long        SS, Pickering LK, Prober CG. Principles and practice of pediateric        infectious diseases. 2nd ed. Philadelphia: Churchill & Livingstone;        2003.Sumarmo        SPS, Herry G, Sri Rezeki SH, Hindra IS. Buku ajar infeksi dan pediatri        tropis.Edisi kedua. Jakarta: IDAI; 2008.
 
 |