Salah satu prediktor yang baik untuk memprediksi lama kesembuhan luka pascabedah ialah parameter status nutrisi prabedah. Status nutrisi yang baik sangat esensial untuk proses penyembuhan luka, sebaliknya, status nutrisi yang buruk dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk penyembuhan dan selanjutnya menghambat setiap tahap penyembuhan luka. Hal ini berlaku umum, terutama pada pasien pascabedah. Umumnya, setelah pembedahan mayor, pasien mengalami malnutrisi yang bermakna. Malnutrisi tersebut menyebabkan gangguan penyembuhan luka pascabedah karena keadaan malnutrisi mencerminkan kekurangan berbagai nutrien yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka.
Dalam proses penyembuhan luka, nutrien-nutrien tersebut berperan mendukung tahapan penyembuhan, baik tahap inflamasi, proliferasi, maupun remodeling. Nutrien tersebut antara lain adalah protein, vitamin C (asam askorbat), vitamin A, vitamin E, mineral, besi, seng, arginin, glutamine, glukosamin, dan bromealin.
Seorang yang malnutrisi prabedah mengalami kekurangan nutrien tersebut. Kekurangan (deplesi) ini akan kian berlanjut pascabedah. Deplesi nutrien pascabedah (terutama deplesi protein), dapat menyebabkan pemanjangan fase inflamasi, perlamaan fase proliferasi (fibroplasia, sintesis kolagen dan proteoglikan, dan neoangiogenensis), sehingga makin lamanya proses penyembuhan ke tahap remodeling. Keadaan ini cukup memberikan pengertian bahwa kekurangan status nutrisi prabedah dapat mencerminkan kekurangan nutrien yang diperlukan untuk proses penyembuhan luka pascabedah.
Pemberian nutrisi yang adekuat saat pra apalagi pascabedah, akan mempercepat penyembuhan luka bedah, serta mengurangi komplikasi pascabedah (infeski dan dehisensi), namun, bila asuhan nutrisi (di rumah sakit) tidak adekuat, maka hal ini bukan hanya memperlama penyembuhan luka pascabedah, melainkan juga memperparah derajat malnutrisi dan komplikasi pada pasien.
Dari studi yang dilakukan oleh Huo, didapatkan 22,2% pasien mengalami penyembuhan luka yang tertunda pascabedah. Dari persentase 22,2% itu, 100%-nya mempunyai status nutrisi yang secara signifikan lebih rendah ketimbang pasien yang tidak mengalami penundaan penyembuhan luka. Hasil serupa didapatkan pada penelitian lain yang dilakukan oleh Gherini terhadap 92 pasien (103 panggul) yang menjalani prosedur bedah panggul baik bilateral maupun sesisi. Hasilnya, 33% panggul (34 dari 103 panggul) mengalami penundaan kesembuhan.
Selain penelitian mengenai dampak nutrisi terhadap penundaan penyembuhan luka pascabedah, penelitian mengenai prevalensi malnutrisi juga bisa dijadikan tolak ukur akan pentingnya pengkoreksian gizi, baik bagi pasien yang akan dibedah maupun pasien yang sedang dirawatinapkan, sehingga dengan berbagai bukti teoritis tersebut, pihak rumah sakit dapat lebih menjamin nutrisi para pasiennya. Hal ini tentunya berdasarkan bukti bahwa sekitar 70% pasien rawat inap tidak mendapatkan asuhan nutrisi yang direkomendasikan. Bukti ini tampaknya didukung oleh bukti lain yang menunjukkan bahwa prevalensi malnutrisi di rumah sakit terbilang tinggi, bahkan di negara maju sekalipun.
Di Belanda, prevalensi malnutrisi di rumah sakit 40%, Swedia 17%-47%, Denmark 28%, di negara lain seperti Amerika dan Inggris angkanya antara 40%-50%. Studi di Asia Tenggara seperti di Malaysia mengungkapkan bahwa 71,4% pasien di rumah sakit mengalami malnutrisi, sedangkan di Indonesia yang dilakukan di Jakarta (1995-1999), menghasilkan data bahwa dari sekitar 20-60% pasien (anak dan dewasa) yang telah menyandang status malnutrisi, 69%-nya mengalami penurunan status gizi selama rawat inap di rumah sakit. Malnutrisi yang terjadi (baik pra maupun pascabedah), berimbas pada makin lamanya proses penyembuhan luka yang terjadi.
Paling tidak, data kejadian penundaan penyembuhan luka dan malnutrisi tersebut bisa melatarbelakangi perlunya dilakukan penelitian-penelitian lain mengenai hubungan berbagai derajat status nutrisi pasien prabedah dengan lama penyembuhan luka pasien pascabedah di rumah sakit tertentu, sehingga dengan kesimpulan yang didapat, pihak rumah sakit dapat lebih mengoptimalkan asuhan nutrisi (pra dan pasca) bagi pasien-pasiennya.
Title : HUBUNGAN ANTARA STATUS NUTRISI PRABEDAH DENGAN LAMA PENYEMBUHAN LUKA PASIEN PASCABEDAH DIGESTIF MAYOR ELEKTIF DI IRNA RSMH PALEMBANG
Description : Salah satu prediktor yang baik untuk memprediksi lama kesembuhan luka pascabedah ialah parameter status nutrisi prabedah. Status nutrisi ya...