| 
 DEPARTEMEN   IKA RSMH   PALEMBANG 
 | Demam   Berdarah Dengue | Kode   ICD : A91 | 
  | No   Dokumen …………. | No.Revisi …………….. | Halaman : | 
  | 
 Panduan Praktek Klinis | 
 Tanggal Revisi ……………….. | Ditetapkan Oleh, Ketua Divisi Infeksi Dr.   Yulia Iriani, Sp.A 
 | 
  | 
 Definisi   
 | Penyakit infeksi disebabkan oleh virus dengue ditandai dengan demam   tinggi     mendadak disertai   manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan renjatan dan kematian | 
  | 
 
 Etiologi 
 | Virus dengue  yang terdiri dari 4   serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Keempat serotipe ini dapat   ditemukan di Indonesia. Serotipe DEN-3 merupakan serotype yang paling banyak   ditemukan di Indonesia dan berhubungan dengan manifestasi yang berat (Setiati   TE, dkk. 2006)     | 
  | 
 
 Patogenesis 
 | Aktifasi komplemen,   agregasi trombosit, kerusakan sel endotel à kebocoran kapiler, ektravasasi   plasma, hemokonsentrasi, renjatan, efusi cairan, ensefalopati, hipoksia   jaringan. Vasculopati + trombopati + koagulopati + trombositopenia à perdarahan, ensefalopati. | 
  | 
 
 
 
 
 
 
 
 Bentuk Klinis (Klasifikasi) 
 | Berdasarkan        kepastian diagnosis :
 -         Tersangka   demam dengue (TDD) -         Tersangka   demam berdarah  (TDBD) -         Demam   dengue (DD) -         Demam   Berdarah Dengue (DBD) 
 Berdasar        derajat penyakit (demam berdarah dengue) :
 -         Derajat   I          : demam + gejala non-spesifik + uji  -         bendung   (+) -         Derajat   II         : derajat I + perdarahan   spontan di kulit atau perdarahan lainnya -         Derajat   III        : kegagalan sirkulasi   ditandai dengan nadi lemah, takikardia, tekanan nadi ≤ 20 mmHg atau   hipotensi, sianosis sirkum oral, kulit lembab dan dingin, dan anak gelisah -         Derajat IV        :   renjatan berat, nadi tak teraba, tekanan darah tidak terukur       *Derajat III dan IV à DSS 
 | 
  | 
 
 
 
 Anamnesis 
 | Demam merupakan tanda utama,        terjadi mendadak tinggi selama 2-7 hari, lesu, tidak nafsu makan,        muntah. Dapat disertai nyeri kepala, nyeri otot, nyeri sendi, nyeri        perutGejala penyerta lebih mencolok        pada demam dengue daripada demam berdarah denguePerdarahan yang paling sering        dijumpai adalah perdarahan kulit dan mimisan
 
 | 
  | 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 Pemeriksaan fisik 
 
 | Hepatomegali        dan kelainan fungsi hati lebih sering ditemukan pada DBDPerbedaan        antara DD dan DBD adalah pada DBD terjadi peningkatan permeabilitas        kapiler sehingga menyebabkan perembesan plasma, hipovolemia dan syokPerembesan        plasma menyebabkan ekstravasasi cairan ke dalam rongga pleura (efusi        pleura) dan rongga peritoneal (asites) selama 24-48 jamFase        kritis sekitar hari ke-4 sampai ke-5 perjalanan penyakit. Pada fase ini        suhu turun dan dapat merupakan awal penyembuhan pada infeksi ringan        namun pada DBD berat merupakan tanda awal syokPerdarahan        dapat berupa test torniquet positif, petekie, epistaksis,        hematemesis, melena, ataupun hematuriaTanda-tanda        syok :
 -         Anak gelisah, penurunan kesadaran, sianosis -         Nafas cepat, nadi teraba lembut kadang tidak teraba -         Tekanan darah turun, tekanan nadi < 20 mmHg -         Akral dingin, capillary refill menurun -         Diuresis menurun sampai anuria Fase penyembuhan: Keadaan umum semakin membaik, nafsu        makan membaik, gejala gastrointestinal berkurang, status hemodinamik        stabil. Beberapa penderita timbul ruam yang terkadang gatal, bradikardia        dan perubahan elektrokardiografi dapat ditemukan pada fase ini
 
 | 
  | 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 Kriteria Diagnosis | -         Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung   terus-menerus selama 2-7 hari -         Manifestasi perdarahan, termasuk test torniquet positif, petekie,   ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan/melena -         Hepatomegali -         Syok, ditandai nadi cepat dan lemah, serta penurunan tekanan   nadi < 20 mmHg, hipotensi, kaki tangan dingin, gelisah -         Trombositopenia ≤ 100.000/mikroliter -         Hemokonsentrasi (peningkatan Ht ≥ 20 % menurut standar umur dan   jenis kelamin Diagnosis DBD ditegakkan   berdasarkan : Dua kriteria klinis +        trombositopenia dan hemokonsentrasi, serta dikonfirmasi secara uji        serologis 
 
 
 
 
 | 
  | 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 Pemeriksaan Penunjang | ·          Pemeriksaan laboratorium : hematokrit dan hitung   trombosit secara berkala serta pemeriksaan serologi, pemeriksaan LPB, albumin   darah, CT, BT, PT, PTT, gambaran darah tepi pada kecurigaan DIC ·          Pemeriksaan penunjang : foto thoraks pada dispneu untuk   menelusuri penyebab lain disamping efusi pleura,  USG bila ada, dapat dipakai  untuk memeriksa efusi pleura minimal 
 
 
 Interpretasi hasil pemeriksaan   serologis DBD        | Ig     M | Ig     G | Interpretasi | Keterangan |      | + | - | Infeksi     primer akut | - |      | + | + | Infeksi     sekunder | - |      | - | - | Tidak     terbukti adanya infeksi | Diulang |      | - | + | Infeksi     pada 2-3 bulan sebelumnya | Diulang |  
 Pemeriksaan NS1: ·           NS1   merupakan glikoprotein non struktural 1 dari virus dengue. NS1 dapat   terdeteksi pada darah  mulai awal demam   sampai hari ke 5. (WHO. Update on the Principles   and Use of Rapid Tests in Dengue. 2009) 
 | 
  | 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 Tatalaksana 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 | Sesuai dengan bagan        penatalaksanaan (bagan 1,2,3,4)Perhitungan pemberian cairan        intravena maintenance dapat dihitung dengan rumus Holliday-Segar        (WHO 2009)
 -       4 mL/kg/jam untuk 10 kg pertama  -       + 2 mL/kg/jam 10 kg berikutnya -       + 1   mL/kg/jam untuk setiap kg berat badan berikutnya. Untuk penderita overweight perhitungan cairan maintenance  berdasarkan berat badan ideal. Ø  Overload cairan : -       Tanda-tanda awal : distress nafas,   sesak, nafas cepat, retraksi, wheezing -       Efusi pleura yang luas, peningkatan   JVP 
 -       Tanda-tanda lanjut : edem paru   (batuk dengan sputum berwarna merah, krepitasi, sianosis), syok ireversibel -       Tatalaksana : ·           O2  segera ·           Mengurangi   atau menghentikan pemberiaqn cairan IV ·           Bila  penderita sudah melewati fase kritis (>   24-48 jam setelah demam turun) hentikan/ kurangi cairan , monitor secara   ketat, berikan furosemide 0,1-0,5 mg/kgBB/dosis bila perlu 
 ·           Bila  penderita masih pada fase kritis, kurangi   pemberian cairan, hindari pemakaian diuretik ·           Penderita   yang masih mengalami syok pada kadar HT normal atau rendah dengan tanda-tanda   overload cairan mungkin mengalami perdarahan. Berikan transfusi whole blood   secara hati-hati. 
 ·           Tindak   Lanjut -       DSS   : tensi/nadi diperiksa setiap 15-20 menit sampai keadaan stabil, Ht,   trombosit setiap  3-6 jam sampai   keadaan menetap-         Derajat I dan II : pemeriksaan Ht dan trombosit minimal   6-12 jam -         Pada semua DSS pada saat masuk rumah sakit harus   diperiksa juga CT dan BT. Bila CT cenderung memanjang lakukan juga   pemeriksaan gambaran darah tepi -         Pemeriksaan khusus: EKG bila gagal jantung, foto thorax   bila pleural efusi dan edema paru. USG bila curiga efusi pleura minimal -         BT, CT, PT, PTT, dan gambaran darah tepi bila curiga   DIC -         Penderita yang berobat jalan diperiksa Hb, Ht,   trombosit dan dimonitor gejala klinis seperti muntah, nyeri perut,   manifestasi perdarahan; intake cairan,urin output (minimal BAK satu kali   dalam waktu 6 jam), setiap hari -         Penderita yang dirawat, tampung urine 24 jam, bila   kurang dari 1 ml/kgBB/jam periksa ureum dan kretinin -         Elektrolit darahAGD bila keadaan umum tidak membaik -         Pelaporan pada dinas kesehatan Tk II setempat melalui   kurir, telepon atau surat secara mingguan. | 
  | 
 
 
 Edukasi dan Pencegahan | 
 Pencegahan atau   pemberantasan DBD dengan membasmi nyamuk dan sarangnya dengan melaukan   tindakan 3M, yaitu : -         Menguras   tempat-tempat penampungan air secara teratur seminggu sekali atau menaburkan   bubuk larvasida (abate) -         Menutup   rapat tempat penampungan air -         Mengubur   barang bekas yang dapat menampung air 
 
 
 | 
  | 
 Komplikasi  | Perdarahan gastrointestinal masif, ensepalopati, edema   paru, DIC, efusi pleura | 
  | 
 
 
 Prognosis | 
 Angka kematian kasus di Indonesia secara keseluruhan   < 3%. Angka kematian DSS di RS 5-10%. Kematian meningkat bila disertai   komplikasi. DBD yang akan berlanjut menjadi syok atau penderita dengan   komplikasi sulit diramalkan, sehingga harus hati-hati dalam melakukan   penyuluhan | 
  | 
 
 
 
 Daftar kepustakaan 
 
 | Sumarmo.        The epidemiology, control and prevention of dengue haemorrhagic fever in        Indonesia. Presented at the WHO/HQ meeting on dengue and DHF/DSS, Pune,        India: 7-8 February 1994Hadinegoro        SR. Tatalaksana demam dengue/demam berdarah dengue. Jakarta: Departemen        Kesehatan RI; 2001Sumarmo        SPS, Herry G, Sri Rezeki SH, Hindra IS. Buku ajar infeksi dan pediatri        tropis.Edisi kedua. Jakarta: IDAI; 2008.
 
 |