HEMOPTYSIS
Alfredo Armando Parensyah
Definisi
Hemoptisis atau batuk darah adalah keluarnya darah melalui mulut yang berasal dari paru atau saluran bronkial sebagai akibat perdarahan pulmonal atau perdarahan bronkial.
Batuk darah adalah ekspektorasi darah atau mukus yang berdarah (Dorland)
Berdasarkan banyaknya darah yang keluar, dibagai menjadi 2, hemoptosis masif dan non-masif.
Kriteria Hemoptisis Masif (Busroh, 1978) sebagai berikut:
· Batuk darah sedikitnya 600 mL/24 jam
· Batuk darah < 600 mL/24 jam, tapi lebih dari 250 mL/24 jam, Hb < 10 g% dan masih terus berlangsung
· Batuk darah < 600 mL/24 jam, tapi lebih dari 250 mL/24 jam, Hb > 10 g% dalam 48 jam belum berhenti
Membedakan batuk darah dengan muntah darah
Batuk darah: warna darah merah segar, tidak ada mual muntah, tidak bercampur dengan makanan, berbentuk cair atau bekuan darah.
Perbedaan hemoptysis dan hematesis
Hemoptysis | Hematemesis |
Tidak ada mual muntah | Ada riwayat mual muntah |
Penyakit paru | Penyakit lambung atau hepar |
Mungkin asfiksia | Jarang asfiksia |
Sputum cair atau bekuan berwarna merah terang atau pink | Seperti tekstur kopi dan berwarna coklat hingga hitam |
pH alkalin | pH asam |
Bercampur makrofag dan neutrofil | Bercampur makanan |
Epidemiologi
Hanya 5% dari hemoptosis adalah hemoptosis masif tapi mortalitasnya mencapai 80%.
Etiologi
Penyebab utama hemoptisis masiv adalah infeksi atau radang kapiler paru yang menimbulkan nekrose pada parenkim paru, misalnya pada TB Paru dan bronkiektase.
1. Infeksi
§ TB paru
§ Bronkiektasis
§ Abses paru
§ Pneumonia
§ Bronkitis
2. Neoplasma
§ Karsinoma paru
§ Adenoma
3. Lain – lain
§ Tromboemboli paru à infark paru
§ Hipertensi vena pulmonalis (LV heart failure, MS, Pulmonary emboli)
§ Mitral stenosis
§ Trauma
§ Diatesis hemoragik
§ Idiopathic
Patogenesis
Hemoragik pada hemoptisis berasal dari arteri pulmunal dan/atau arteri bronkialis.
Penyakit (kondisi paru) yang menyebabkan hemoptisis dapat terjadi pada keadaan sebegai berikut dibawah ini:
1. Perdarahan intra alveol dan diapesis sel eritrosit dari kapiler kedalam alvoli [oedem paru akut]
2. Nekrose jaringan paru yg diserta dengan perdarahan kedalam alveoli [infark paru]
3. Pecahnya pb.darah endobronkial akibat adanya regangan [mitral stenosis]
4. Ulserasi dan erosi epitel bronkus [bronkitis,bronkolitiasis]
5. Tertumpahnya isi dari lesi kaseosa kedalam percabangan trakeobronkial [TB paru]
6. Invasi tumor paru kedalam pembuluh darah
7. Pecahnya fistula arterio-veous [Osler-Weber-Rendu disease],pecahnya hubungan kollateral pb.darah arteri-vena bronkus [bronkiektase] atau pecahnya kollateral sistem pb.darah arteri-vena paru [sequesteration]
8. Nekrose jaringan paru akibat adanya peradangan dan pecahnya pb.darah [nekrotisasi parenkim paru karena pneumonia dan infeksi parasit]
9. Pecahnya aneurisma aorta kedalam percabangan trakeobronkialis
10. Pemakaian antikoagulan dan obat obat immunosupressif yg menyebabkan terjadinya perdarahan intra parenkimal.
TB kronis
Infeksi paru oleh M.tb à reaksi imun à nekrosis kaseosaà terbentuk tuberkel à tuberkel pecah à darah masuk ke bronkiolus à refleks batukà hemoptysis
Manifestasi klinis
Batuk darah
Adanya darah di saluran napas à refleks batuk à inspirasi udara (sekitar 2,5 L) à epiglotis dan pita suara menutupà kontraksi otot-otot perut dan otot ekspirasi lainà tekanan paru meningkatà epiglotis terbukaà udara keluar bersama benda asingà ekspektorasi darah
Penegakkan Diagnosis
Anamnesis
Hemoptisis: sejak kapan, banyaknya darah yang sudah keluar, warna darah
Mual & muntah (membedakan dengan muntah darah)
Riwayat trauma
Riwayat penyakit paru dan keganasan
Riwayat hemoptysis sebelumnya
Pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding
TATALAKSANA
§ Prinsip penatalaksanaan hemoptisis:
- Menjaga jalan napas dan stabilisasi penderita
- Menentukan lokasi perdarahan
- Memberikan terapi
§ Prioritas tindakan awal → penderita lebih stabil, kemudian mencari sumber dan penyebab perdarahan
§ Mencegah risiko berulangnya hemoptisis
§ Penderita dengan hemoptisis masif harus dimonitor dengan ketat di instalasi perawatan intensif
Proteksi yang adekuat terhadap fungsi jalan napas, ventilasi, dan kardiovaskular (ABC).
Lakukan Intubasi apabila pasien mempunyai pertukaran gas yang buruk, hemoptisis yang berlanjut dan terus-menerus, ketidakstabilan hemodinamik, atau sesak napas yang berat
Atasi Gangguan koagulasi
Konservatif
§ Menenangkan penderita dan edukasi untuk tidak menahan batuk
§ Menilai reflek batuk
§ Jaga jalan napas tetap terbuka: dimiringkan ke sisi lesi (bila ada perdarahan tidak masuk ke sisi yang sehat)
§ Pemasangan IVFD
§ Pemberian hemostatik
§ Obat sedasi ringan jika penderita gelisah (bila kondisi baik jangan diberikan)
§ Transfusi darah bila Hb < 10 g%
Tatalaksana dengan bronkoskopi
Gunakan epinefrin topikal (1:20.000), vasopressin, thrombin, atau kombinasi fibrinogen-thrombin.
Peranan bronkoskop serat lentur
§ Diagnostik: menentukan sumber perdarahan
§ Terapi:
- pembersihan saluran napas
- menghentikan perdarahan (wedging)
§ Pembedahan
- Menentukan tempat yang berdarah
- Evaluasi pasca bedah (punctum)
Bronkoskop berperan menentukan sumber perdarahan, membersihkan perdarahan, wedging dan pemasangan balon fograty
Emboli arterial
Pada 85% kasus, perdarahan berhenti setelah terjadi emboli
10-20% pasien mengalami perdarahan lagi 6-12 bulan berikutnya
Operasi
Mortalitas lebih rendah
Pasien dengan risiko tertinggi tidak dianjurkan sebagai knadidat yang akan menjalani operasi dan ditangani secara medis (TB aktif, cystic fibrosis, perdarahan alveolar difus)
Edukasi pasien
Penting sekali untuk mengedukasi pasien yang mengalami hemoptisis. Beritahukan kepada pasien untuk tidak menahan batuk (dapat menyebabkan asfiksia)
Penderita dengan batuk darah sebaiknya dirawat, penanganan dimulai dengan konservatif, jika tidak berhasil dilakukan operasi sito
Kasus dengan fungsi paru yang minimal dipertimbangkan untuk embolisasi arteri bronkialis.
§ Setiap batuk darah sebaiknya dirawat kecuali “blood streak”
§ Perlu evaluasi :
– Banyaknya perdarahan
– Pemeriksaan fisik
– Pemeriksaan foto toraks
– Pemeriksaan laboratorium ( segera )
Prognosis
Prognosis tergantung dari penyebab perdarahan. Dalam kasus hemoptosis masif, mortalitasnya sekitar 15%. Kecepatan perdarahan bukan faktor penentu kemungkinan pasien untuk sembuh
Komplikasi
§ Asfiksia (Penyabab kematian hampir selalu karena asfiksia)
§ Kegagalan kardiosirkulasi ( hipovolemi )
§ sufokasi, sering fatal karena tersumbatnya trakhea atau saluran nafas sentral/utama.
§ aspirasi, dimana terhisapnya darah ke bagian paru yang sehat
§ atelektasis, karena tersumbatnya saluran nafas sehingga bagian paru yang distal kolaps
§ anemia, karena perdarahan yang banyak